Kamis, 15 September 2011

Scarlet Letter

(cerita ini saya ambil dari email kantor saya)






Nathaniel Hawthorne sangat kecewa. 
Ia baru saja menerima kabar pergantian jabatan di kantor bea cukai Boston. Massachusetts, tempatnya bekerja. 
Ternyata, ia diberhentikan. 

  
Berita buruk itu seakan-akan menggelegar di telinganya. 
Dunia seolah-olah sudah kiamat. 
Ia berjalan pulang dengan perasaan bingung dan gundah. 
Di pelupuk matanya terbayang wajah duka istrinya. 
Hawthorne semakin gelisah. 
Hari itu sungguh menjadi hari yang panjang baginya. 

Setibanya dirumah, ia menceritakan perihal pemecatannya kepada istrinya. 
Sang istri dengan tatapan prihatin memeluknya, mengambil sebuah pena dan tinta, lalu meletakan keduanya di meja dekat perapian. 
  
"Tidak usah bersedih." katanya. 
"Kau punya banyak waktu sekarang. Kau bisa mulai menulis." 
Empat tahun setelah kejadian memilukan itu Hawthorne menghasilkan sebuah novel yang membuat namanya terkenal di seluruh dunia : 
The Scarlet Letter. 


Kegagalan di satu bidang kerap menjadi pembuka jalan bagi keberhasilan di bidang lain.