Kamis, 06 Mei 2010

Koleksi mutiara kata-kata cinta yang indah, romantis, indpiratif

kata-kata mutiara cinta yang romantisCinta dan penghianatan, asmara dan perselingkuhan, kasih sayang dan dendam...nampaknya sampai kapanpun akan selalu menjadi pasangan romantis di dunia ini...Berikut adalah beberapa koleksi lagi tentang mutiara dan inspirasi cinta untuk anda...

Cinta suci itu milik orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan.
Milik mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati.
Milik mereka yang masih mencintai, walaupun mereka telah disakiti.
Dan milik mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan bahwa cinta bukan untuk sementara tetapi untuk selamanya.
Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanyalah mencintai pantulan dari diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

CINTA sejati adalah saat kau dapat merelakan CINTA itu bahagia, bukan untuk mendapatkannya.

Satu-satunya cara agar kita memperoleh kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. - Dale Carnagie -


Hanya cinta yang bisa, menaklukkan dendam
Hanya kasih sayang tulus, yang mampu menyentuh
Hanya cinta yang bisa, mendamaikan benci
Hanya kasih sayang tulus yang mampu MENEMBUS RUANG dan WAKTU
-Titi DJ-


"Cinta adalah kecondongan jiwa yang sangat kuat kepada satu bentuk yang sesuai dengan tabiatnya, maka jika pemikiran jiwa itu kuat mengarah ke sana, ia akan membayangkan bagaimana cara memperolehnya dan ia akan selalu mengharapkannya. Oleh karena terlalu memikirkan itu pula, biasanya penyakir baru akan selalu muncul bagi orang yang sedang jatuh cinta" -Imam Ibnu Jauzi-

Aku membawa segunung cinta untukmu
Sedang aku sesungguhnya tidak mampu membawa jubah dan aku begitu lemah
Cinta bukanlah bagian dari kebaikan dan tenggang rasa
Akan tetapi cinta adalah sesuatu yang karenanya jiwa terbebani dengan beban yang berat -Seorang Penyair-


"Tak ada di muka bumi yang lebih menderita dari pemabuk cinta.
Manakala hasratnya telah tercapai, hanya pahit yang dirasakan.
Kaulihat hari-harinya adalah tangis dan air mata.
Khawatir akan perpisahan dan larut dalam cinta.
Kala jauh menangis karena dilanda kerinduan.
Saat dekat pun menangis karena takut perpisahan.
Matanya selalu penuh air mata kala bersamaan dan mengalir deras saat dipisahkan."
- sebuah syair di Shaidul Khatir, Aljauzy-


Suatu malam kutanya cinta: “Katakan, siapa sesungguhnya dirimu?”
Katanya: “Aku ini kehidupan abadi, aku memperbanyak kehidupan indah itu.”
Kataku: Duhai yang di luar tempat, di manakah rumahmu?”
Katanya: “Aku ini bersama api hati dan du luar mata yang besar. Aku ini tukang cat, karena akulah setiap pipi berubah jadi warna kuning. Akulah utusan yang ringan kaki, sedangkan pecinta adalah kuda kudusku.
Akulah merah padamnya bunga tulip, Akulah manisnya meratap, penyibak segala yang tertabiri...”
Lewat cintalah semua yang tembaga akan jadi emas.
Lewat cintalah semua yang endapan akan jadi anggur murni.
Lewat cintalah semua kesedihan akan jadi obat.
Lewat cintalah si mati akan jadi hidup.
Lewat cintalah raja akan jadi budak.
-Syair Rumi-

Minggu, 02 Mei 2010

Kalimat Mutiara Motivasi Sukses dan Kesuksesan Hari Ini

Sukses terletak pada mereka yang meraih sesuatu lebih dari diri mereka sendiri

Start Action - Setiap hari adalah waktu yang tepat untuk mengatakan pada diri kita sendiri "Biarkan petualangan dimulai"

Antusiasme tidak hanya menolong kita untuk meraih impian, namun juga membuat perjalanan kita semakin lebih menyenangkan.

Keseimbangan - Ibarat roda sepeda yang berputar, Setiap perputaran dari perjalanan kita memerintahkan kita untuk menjaga keseimbangan kita pada tahap perjalanan selanjutnya.

Keberanian akan tumbuh semakin kuat, bila kita membagikannya kepada yang lainnya


Success Quotes

"He who wishes to be rich in a day will be hanged in a year."
- Leonardo da Vinci

"At least eighty percent of millionaires are self-made.That is,they started with nothing but ambition and energy,the same way most of us start"
Brian Tracy

"Your wealth can only grow to the extent that you do!"
- T. Harv Eker

"Make a decision to be succesful right now.Most people never decide to be wealthy and that is why they retire poor"
Brian Tracy

“Part of your heritage in this society is the opportunity to become financially independent."
-Jim Rohn

Sabtu, 01 Mei 2010

"Kalo mau kaya, jangan pintar pintar"

Bob Sadino
Pengusaha eksentrik pemilik Kemfood, Bob Sadino, mengatakan hubungannya dengan Edam sebatas hubungan bisnis belaka.
Ia juga mengatakan terbuka kemungkinan kerja sama dengan siapa saja untuk membuka bisnis serupa dengannya. Namun, ia mengaku memang punya banyak kemiripan dengan Made sebagai pemilik Edam. 

Apa saja? Berikut penuturannya pada Herita Endriana dan Agoeng Widyatmoko dari majalah bisnis kita:
Awalnya bagaimana Bapak bisa kerja sama dengan Made?
Sebetulnya terlalu cepat kalau kita bilang kerja sama. Kita harus lebih profesional dengan mengatakan suatu bentuk ikatan bisnis. Made ingin membeli produk saya, saya mau jual produk ke siapa saja. Made kalau tidak salah mulai dengan apa adanya. Kemudian dia mau cari sesuatu yang terbaik buat para langganannya. Dia dengar ada kemfoods yamg usahanya adalah membuat daging olah yang bentuknya sosis, hamburger, daging asap, dan lain-lain. Dia mendekati saya dan mengatakan, 'Bapak bisa tidak membuat hamburger khusus untuk saya?' Saya bilang gampang sekali dan saya kasih beberpa macam hamburger, coba saja mana yang paling baik. Setelah dia temukan yang terbaik, kita punya formula sendiri.

Jadi formulanya semuanya khusus?
Dari dagingnya, mayonesnya, sampai sausnya kita buatkan untuk Made. Made tinggal menyuguhkannya.

Formula dari Bapak dan Made?
Formula khusus dari saya sendiri. Ya mungkin oleh dia ditambahkan disana-sini, saya tidak tahu. Produk saus saya yang ditambah apa lagi, itu milik Made.

Ini bentuk kerja samanya eksklusif antara pak Bob dan pak Made. Jadi tidak ada kerja sama dengan bentuk seperti ini dengan pengusaha lain?
Terbuka kerja sama dengan siapa saja tapi apa yang saya jual kepada Made hanya untuk Made. Kalau ada yang ingin dibuatkan khusus hamburger lagi ya saya buat khusus untuk dia.

Made ini bukan orang pertama yang datang ke Bapak tapi dia mungkin yang pertama sukses. Anda melihatnya apa perbedaan Made dengan yang lain itu?

Saya tidak bisa menyebutkan secara spesifik bedanya apa. Tapi kemiripan sifat-sifat Made dengan saya banyak. Sebagai seorang entrepreneur dia punya kemauan yang luar biasa besar. Kemudian dia punya tekad yang bulat sekali.Komitmen, dia komit mau jual burger. Dia juga punya keberanian yang luar biasa untuk mau mulai jual hamburger dengan harga yang lumayan terjangkau. Dia juga orang yang tidak cengeng. Itu ada kemiripan dengan saya. Jadi kalau ada yang punya sifat seperti itu, bisa sama dengan Edam atau bahkan melebihi Edam.

Jadi itu faktor utama kalau kita ingin berusaha?
Tadi kan empat faktor. Anda mau, ada tekad yang bulat, ada keberanian, dan tidak cengeng. Jadi kalau mau mulai sesuatu dan memegang empat faktor ini dan terutama faktor yang terakhir yaitu tidak cengeng, saya katakan pasti akan jadi Edam. Pasti. Tidak ragu-ragu lagi. Terus bagaimana kamu mau jadi seperti Made, gampang. Datang saja ke saya. Atau kalau tidak mau bikin burger dengan merek sendiri, tahu laku atau tidak, tapi yang jelas Edam laku ya sudah pergi ke Edam. Itu saja.

Menurut Bapak, pendidikan tinggi itu penting bagi pengusaha?
Pendidikan itu racun buat saya. Saya kasih contoh. Orang dagang rata-rata cari apa. Katanya cari untung. Kalau saya bilang saya dagang cari rugi, logis tidak. Ada yang bilang tidak logis. Kemudian kalau orang dagang cari untung, apakah untung terus. Kan tidak. Kalau saya bilang tadi cari rugi, apakah rugi terus. Kan tidak. Lalu apa bedanya.

Kalau dilihat pengusaha kita banyak yang bermain untuk kalangan menengah atas dengan modal yang besar. Masih sedikit yang punya visi seperti Made. Kalau bapak lihat banyak pengusaha kita yang seperti Made.

Untuk meniru visi Edam kan tidak susah. Edam sudah ada contoh, kenapa tidak ditiru. Kalau ditanya banyak atau sedikit, saya akan jawab begitu. Tentunya Indonesia membutuhkan lebih banyak Made. 100 Made tidak cukup. Kalau kamu tidak berani, tidak akan kemana. Itu faktor kan. Entrepreneur harus punya keberanian. Keberanian mengambil peluang. Kalau saya ditanya faktor apa yang menjadi kunci keberhasilan, jawaban saya sederhana. Karena saya tidak sekolah. 

Karena saya bodoh, makanya saya berhasil. Karena kamu pintar kamu mikir dulu, tunggu dulu. Jadi ngitung. Entrepreneur itu tidak pakai hitung-hitungan begitu. Saya tidak pernah ngitung dari dulu. Saya suruh orang yang hitung. Karena saya bodoh saya suruh orang lain yang hitung. Di mana letak kepintaran saya adalah menyuruh orang menghitung. Kenapa, karena saya bodoh. Di mana letak kebodohan Anda, karena Anda pintar, jadi Anda ngitung. Jadi kita sebenarnya bolak-balik saja. Saya bisa sukses karena saya bodoh dan kamu tidak bisa sukses karena kamu pintar. Jadi tidak usah ngitung. Jalan saja. Kalau salah ya belok. Salah lagi ya belok lagi. Saya jamin orang yang belajar itu tidak bisa kaya. Saya jamin.

Jadi saran Bapak untuk calon pengusaha?
Tidak usah pakai rencana. Tidak usah mikir. Jalankan saja.

Kunci Sukses Entrepeneur BANGKIT KEMBALI JIKA GAGAL

Bob Sadino yang sukses mengembangkan bisnisnya di beragam sektor seperti properti, agribisnis, restoran dll mengisahkan pengalaman hidupnya yang merintis bisnis dari berjualan telur kecil-kecilan. Bob mengatakan kunci suksesnya adalah belajar menjadi orang “goblok”. Dengan menjadi orang yang “goblok” kita akan terus belajar, belajar dan belajar untuk menjadi lebih baik dan kita tidak akan puas dengan apa yang telah kita raih bila kita terus merasa menjadi orang “goblok”

Bob yang dikenal dengan seragam harian celana pendek dan kemeja lengan pendek juga menyampaikan sandaran hidup untuk menjadi seorang entrepreneur adalah kemauan (desire), tekad (commitment atau determination), keberanian mengambil peluang, tahan banting, tidak cengeng dan selalu bersyukur atas ridho-Nya.

“Inti kunci sukses dari seorang entrepreneur adalah ‘Bangkit Kembali Jika Gagal’ tegas Bob Sadino dalam   Seminar Entrepreneurship 

“Do You Have Courage To Get One Step A Head To be The Real Entrepeneur?”

yang diadakan Himpunan Mahasiswa (HIMA) Jurusan Manajemen FISE UNY berapa  waktu lalu.

Sementara Moerdiyanto MM. M.Pd yang berbicara tentang Business-Instinct Development mengatakan bisnis insting adalah naluri tekun berusaha yang diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang dan lingkungan. Selain itu juga kebiasaan perbuatan bisnis serius dan terencana dan budaya bekerja keras untuk mencapai kemajuan. Bisnis insting bisa dicapai dengan komponen-komponen berikut ini; Semangat (jiwa & intuisi), daya cipta (kreativitas), daya rasa (keyakinan), daya tanggap (kepekaan), daya juang (berani ambil resiko) dan swa sembada (kemandirian).

Sedangkan M. Widyantoro, SE yang biasa dipanggil Mas Wiwied mengungkap tentang entrepreneur mindset yaitu dream, creativity, transformation process, innovation, reality dan entrepreneurship. Jika ingin menjadi seorang entrepreneur sukses, Mas Wied menyampaiakn syaratnya mempunyai 5 citra yaitu, cakap, cermat, cerdik, cepat dan ceria. Dan kiat-kiat menjadi seorang entrepreneur adalah ‘SIRIK’ yang artinya Suka , Imajinasi, Relasi, Inovasi dan Komunikasi.


Tips sukses Bob Sadino- WARNING= SANGAT PROVOKATIF!!

Bob Sadino


Bob Sadino, siapa tak kenal nama ini. Di kalangan pengusaha, ia sudah tenar. Di layar kaca pun, wajahnya tak asing. Beberapa film pernah dibintanginya.
Tapi siapa sangka, hidupnya benar-benar “rock and roll”, nyaris tanpa rencana. Bob pernah jadi supir taksi, lalu kuli bangunan, sebelum akhirnya jualan telur ayam, ayam broiler, dan sayuran, lalu punya Kemchick sebagai supermarket, dan Kemfood untuk industri daging olah. Total
“anak-anaknya” (begitu ia memberi istilah kepada karyawannya) ada 1600 orang. Ia, bahkan mengaku tidak punya tips atas apa yang orang kira sukses atas dirinya.

HIDUP TIDAK LINIER

“Rencana itu buat orang yang belajar manajemen,” katanya. Menurutnya, rencana itu linier, dari A, B, C, D sampai Z. Sedangkan dalam hidup atau bisnis, jalannya berkelok-kelok, tidak ada yang lurus dan terlalu urut. Sayangnya, rencana-rencana itulah yang diajarkan di sekolah. Padahal dalam pandangannya, rencana adalah racun. “Jadi, sekolah itu meracuni otak Anda,” ujarnya bikin kaget.

Anda pernah bertualang di Eropa. Apa yang Anda lakukan di sana?
Yah, tahun 1964 di Eropa, saya masih banyak main-mainnya, ngabisin uang, karena saya dapat uang warisan, saya habisin di Eropa dan Amerika, jadi bukan untuk keperluan bisnis.

Anda dari keluarga pebisnis?
Tidak ada, keluarga saya tidak ada yang berbisnis. Keluarga saya katakanlah amteenar (pegawai negeri).

Istri Anda bekerja?
Dulu ia di bank Indonesia New York selam 11 tahun. Kemudian memilih pulang ke Indonesia. Saya tidak memilih pulang, saya ketemu ibu pertama kali di Amsterdam. Bergaul beberapa lama, kemudian saya bermaksud untuk menikah. Kebetulan orang tua di Indonesia, ya kita pulang untuk nikah. Jadi pulang ke Indonesia untuk nikah.



Istri Anda ikut?
Istri ikut saya untuk menikah. Ketika saya di indonesia saya masih terikat kerja di Jakarta Lyod dan istri saya masih di BI. Dan ketika saya memutuskan untuk tidak lagi bekerja di Jakarta Lyod, otomatis istri saya juga keluar dari BI. Saya memilih menjadi supir taksi di tahun pertama. Kemudian saya jadi kuli bangunan di tahun kedua. Sampai tahun 1968 di Jakarta Lyod, tahun 1968-1969 jadi supir taksi, tahun 1969-1970 jadi
kuli bangunan.

Dalam arti sebenarnya?
Iya..bukan kuli bangunan tanda petik. Masang plester, pasang batu bata, ubin. Ya kuli bangunan.

Sampai menjadi bisnis?
Saya kan orang yang pertama yang mengenalkan telur untuk bangsa ini, untuk rakyat ini pada tahun 1970. Beberapa minggu kemudian untuk bangsa ini, untuk rakyat ini saya mengenalkan ayam yang Anda kenal saat ini, ayam pedaging. Istilahnya ayam broiler, saya orang pertama yang memperkenalkan itu

Idenya dari mana?
Saya tidak ada ide. Mengalir begitu saja. Saya kirim surat ke negeri Belanda untuk dikirim anak-anak ayam petelor, kemudian beberapa minggu kemudian anak-anak ayam pedaging.

Dapet ide di Belanda?
Dapet idenya malah di Indonesia. Karena saya melihat telur di Indonesia tidak ada yang seperti di negeri Belanda. Anda lihat telur ayam kampung, telur ayam kampung kecil-kecil sedangkan telur yang Anda makan tadi pagi besar. Ada yang warnanya coklat dan putih.

Pasarnya kemana?
Saya dengan ibu menjajakan telur dengan mengetuk pintu rumah orang. Dia bawa 2 kilo saya bawa 3 kilo. Dia ke kiri saya ke kanan. Dan telur saya tidak laku karena berbeda. Mereka hanya tahu telur ayam kampung. Tapi untungnya di Kemang sudah ada warga negara asing sehingga langsung dibeli telurnya dan dari situ bergulir.

Bapak mengemasnya dengan lebih baik.?
Tidak juga. Saya memasukkan ke dalam kantong plastik. Lalu setiap kantong plastik saya berikan setangkai anggrek.

Kemudian bergeraknya kemana?
Bergulir ke ayam. Dari ayam baru ke macam-macam.

Sayuran?
Sayuran belakangan, tahun 1982. Saya adalah orang pertama yang mengenalkan sistem penanaman tanpa tanah, apa yang dikenal dengan hidroponik. Sekaligus saya kenalkan begitu banyak khasanah sayur mayur Eropa dan jenis Jepang untuk Indonesia. Awalnya apa yang saya tanam tidak ada pasarnya. Di mana ada pasar jagung manis? Di mana ada orang menjual jagung manis? Di mana ada orang menjual melon? Dimana ada yang jual terong Jepang? Menjual timun Jepang? Tidak ada. Paprika, dll, juga tidak ada. Jadi saya menciptakan pasarnya..

Ada tipsnya dalam membuka pasar?
Saya tidak pakai tips….saya berjalan mengalir aja!

Ada edukasi pasar dulu?
Saya tidak tahu. Saya kan tidak pernah sekolah. Saya hanya menciptakan pasar. Saya suruh orang mencoba jagung manis saya, kemudian ada permintaan saya lanjutkan. Begitu juga orang saya suruh coba melon saya, terus dibeli. Dari permintaan ke permintaan begitu terus menerus. Begitu pasar yang saya ciptakan..

Ada perencanaan, business plan, atau sejenisnya?
Saya adalah orang yang tidak pernah buat perencanaan dalam hidup saya. Dan saya juga tidak pernah buat perencanaan dalam bisnis saya. Itu (business plan) buat orang yang belajar manajemen. Saya tidak pernah belajar manajemen. (Tidak pernah) ngomong bussines plan, marketing, planning, targeting ngomong goals dan lain-lain. Karena saya tidak pernah buat rencana, saya juga tidak pernah punya tujuan. Otomatis, tidak ada rencana, tidak ada tujuan. Otomatis, mengalir saja.

Kalo hidroponik sendiri gimana?
Oh, itu sudah lama. Tahun 1982. Sekarang saya sudah lama tidak berhidroponik. Sekarang orang-orang yang berhidroponik ria. Saya cuma mengurusi pasarnya saja. Ya, pasar yang produksinya dikerjakan orang lain.

Bapak tidak punya kebun sendiri?
Awalnya saya punya. Dengan ekspor yang ribuan ton ke Jepang, saya kerjakan sendiri. Dan sekian banyaknya permintaan sehingga saya tidak punya waktu untuk mengerjakan produksi sendiri. Saya konsentrasi ke pasarannya saja, dan karena pasarnya meminta macam-macam, saya punya pabrik yang memproses bahan baku yang saya proses dari petani-petani lain.

Bagaimana Anda menjaga kualitas?
Apa itu kualitas? Saya hanya memenuhi apa yang pasar syaratkan. Jadi saya tidak ngomong kualitas lagi. Jadi itulah syaratnya apa saya penuhi, terserah syaratnya apa saya penuhi.

Ada kesulitan?
Tentu. Tapi saya tidak bisa ceritakan kesulitan itu. Karena saya menghadapi kesulitan yang bebeda-beda. Kesulitan hari ini berbeda dengan kemarin.

Sekarang Anda ngurusin pemasarannya saja?
Saya tidak ngurus apa-apa, saya sudah 15 tahun nganggur.

Sehari-hari?
Tidak ngapa-ngapain. Saya hanya penganggur. Tapi saya bisa ekspor ribuan ton ke Jepang. Saya punya kemchick sebagai supermarket, kemfood untuk daging olah dan saya punya 1.600 orang yang bekerja di perusahaan saya. Mau ngapain lagi saya? Jadi saya nganggur.

Bagaimana Anda mengelola perusahaan sehingga besar dan eksis?
Saya tidak pernah membicarakan itu, oleh karena itu bergulir dari satu orang ke 1600 orang. Tidak pernah saya bicarakan, tidak pernah saya bicarakan gaya apa? Bagaimana caranya? Itu benar-benar bergulir begitu
saja.

Ada proses delegasi?
Perusahaan ini kan sudah 35 tahun. Tahun ke 20 saya bilang ”Anda aja deh yang urus, saya tidak mau urus lagi.” Ya begitu saja.

Mereka orang-orang yang ikut Anda dari bawah?
Tidak ada orang yang saya ambil dari tengah-tengah, kalo pun dari tengah, saya suruh dari bawah lagi. Semua orang diproses dari bawah dulu.

Anda juga syuting?
Ya kemaren saya syuting bajaj bajuri. Lainnya, dulu banyak. Saya sudah lupa.

Orang sering menanyakan kunci sukses Anda? 
Orang-orang tanya kunci sukses? Memangnya suskes hanya sebuah kunci? Sesederhana itu? Apa yang harus saya katakan kepada mereka? Karena saya mengalir saja. Karena saya bukan pendidik, saya bukan ahli manajemen. Bagaimana saya bisa memberi tahu orang lain? 35 tahun, macam-macam pengalamannya. Saya tidak bisa menceritakan apa-apa karena saya tidak mau
mereka menjadi saya. Mereka tidak tahu kepahitan yang harus saya telan. Kalo saya beri nasihat ke mereka, masa saya bilang “telanlah kepahitan itu!”

Kan mereka bisa belajar dari Anda?
Saya tidak mau karena saya tidak mau merendahkan mereka. Ketika Anda meniru jejak saya, Anda tak lebih dari mesin fotokopi. Saya tidak mau Anda jadi fotokopi saya. Jadilah diri sendiri. Hina sekali Anda jadi fotokopinya Bob Sadino. Kalau ada orang yang bertanya pada saya, saya bilang “Ya jalankan saja. Alami saja pengalaman yang Anda alami. Saya tidak mau dia mengalami pengalaman yang saya alami karena bukannya tidak mungkin pengalaman saya selama ini hanya pengalaman pahit. Masa saya hanya membagi pengalaman pahit? Bagi saya, apapun bisa jadi peluang. Orang seperti saya melihat peluang tidak ada batasnya. Batasnya langit, tidak ada batasnya. Tergantung Anda, semua jadi peluang. Jadi mungkin bisa sejuta peluang atau semilyar peluang. Batasnya langit, itulah peluang bagi saya.

Bagaimana dengan risiko?
Saya pengambil risiko. Dan ketika saya mengambil risiko, saya ambil risiko sebesar-besarnya. Saya tidak mau resiko yang kecil. Di saat orang memperkecil risiko, bebas dong, kalo dia mengambil resiko kecil, apa
yang dia dapet juga kecil. Semakin kecil risikonya semakin kecil yang ia dapat.

Maksud Anda, high risk high return?
Makanya saya ambil risiko sebesar-besarnya. Kewajiban saya mengubah risiko itu menjadi sesuatu yang lain. Dengan kata lain, kita ubah menjadi duit. Iya kan? Tapi saya ga nuntut risiko jadi duit. Saya ubah resiko jadi apa saja. Yang mudah bagaimana risiko itu jadi duit. Jadi risiko kecil kalo diubah jadi duit, ya kecil juga dong. Kenapa orang-orang itu memperkecil resiko? Tidak usah dijawab. Saya tidak butuh jawaban, bagi saya aneh kalo orang mengambil risiko kecil.

Anda bilang, sekolah itu menularkan racun. Racunnya apa saja?
Ya itu tadi, karena Anda belajar manajemen, belajar ekonomi yang saya anggap itu racun. Ketika Anda bertanya tentang marketing Anda bingung. Buat saya sederhana, marketing adalah ketika orang minta A ya kasih A. Begitu sederhana saya melihat marketing. Tapi mungkin Anda melihat marketing begini begitu, menghitung ini menghitung itu. Ketika Anda ngitung, Anda sudah ketinggalan pasar. Itulah racun-racun karena Anda sekolah. Untung saya tidak sekolah, kalo saya sekolah saya akan seperti Anda, otak saya akan penuh racun, ha ha. Anda ngomomg tentang manajemen, mana saya tahu tentang manajemen.

Dengan kata lain, Anda bilang, kalau mau usaha, langsung mulai saja?
Ya sudah, tidak usah ngitung-ngitung terus. Ngapain ngitung-ngitung lagi, mulai aja. Kita mau buka suatu usaha, bukan usaha ngitung.

Beberapa bilang, Anda tipe yang sulit ditebak.
Itu karena saya berpikir sederhana. Jadi entrepreneur itu sederhana, karena kesederhanaan itulah orang kadang bingung. Jadi apa, untuk mengerti saya, Anda harus memproses racun di otak Anda. Harus dibuang dulu. Namanya deschooling process. Anda sekolah kan? Sekarang bagaimana anda menghilangkan apa yang Anda dapatkan di sekolah, itulah deschooling process. Dan itu hampir tidak mungkin. Susah sekali. Saya pakai bahasa orang yang tidak sekolah. Saya salah karena tidak punya rencana, itu kacamata Anda. Anda bisa bayangkan ketika saya jualan telor 5 kilo, saya sudah punya rumah sebesar sekarang? Tidak, kan? Jadi buat apa saya punya tujuan. Pertanyaan berikutnya, sekarang ada rumah sebesar ini, mobil di depan, apa dong ini semua? Ini adalah sebuah akibat dari apa yang saya lakukan. Sedangkan yang Anda lakukan hanya menghitung. Akibatnya orang bingung karena yang mereka lakukan hanyalah menghitung, bukan berbuat. Karena orang punya tujuan, orang punya rencana. Tapi ketika tujuan Anda tidak tercapai, rencana Anda juga berantakan. Rencana itu jalannya linier. Dari A, B, C, D sampai Z. Sedangkan mana ada hidup yang bentuknya linier gitu? Dalam hidup bentuknya berkelok-kelok, jarang ada yang lempeng.

Kalau toh sekolah menularkan racun, Anda bisa kasih tahu cara menawarkan racunnya?
Untuk menghilangkan racun itu, Anda harus pakai cara jalanan dong. Itu yang saya katakan deschooling process. Anda coba buat sesuatu tanpa rencana. Ketika Anda kemarin mau ketemu saya Anda sudah menyiapakn pertanyaan. Jadi kalau pertanyaan pertama tidak terjawab, Anda buyar. Orang ngomong tentang risiko, saya tahu risiko itu apa. Orang diajarkan untuk memperkecil risiko, di mata saya sayang sekali orang yang memperkecil risiko. Tapi di sekolah diajarin pintar, kan? Sedangkan bagi saya, itu bodoh. Karena saya adalah pencari risiko dan saya mengambil risiko sebesar-besarnya. Kenapa Anda harus perkecil risiko itu. Itu sebuah bukti yang Anda pelajari adalah racun. Karena saya sudah membuktikannya. Itu kesimpulannya, kata Bob Sadino, ambil risiko sebesar-besarnya, sedangkan kata guru perkecil risikonya. Saran saya, ambil risiko seutuhnya. Saya tidak bilang risiko itu akan jadi uang. Yang saya katkan ubahlah risiko itu jadi apa saja, bisa kebahagiaan, dll. Tidak harus jadi duit. Dan ini yang tidak pernah diajarkan di sekolah. Kita kembali ke pertanyaan Anda. Apa key succes faktor saya? itu kental sekali bahasa manajemen. Iya, kan? Kalau mau jujur, kunci sukses saya adalah kebodohan saya.

Kok bisa?
Karena saya bodoh, saya lugu. Mau ngapain saja. Mau mikir apa saja bebas. Sedangkan orang berpikir, oh ngga karena saya di sekolah belajar ini. Sekolah bilang tidak boleh begini-begini, akhirnya orang sulit menjadi kaya, karena bilang risikonya ini, ini, dan ini. Belum apa-apa sudah ngitung dulu. Kapan jadinya dong?

Syarat jadi entrepreneur, menurut Anda?
Memenuhi permintaan yang jelas itu normal. Tapi bagaimana menciptakan permintaan, itu baru. Entrepreneur harus begitu. Tidak ada pasar melon, saya tanam melon. Tidak ada pasar jagung manis, saya tanam jagung manis. Ketika saya pasarkan telor, pasarnya belum ada. Tidak ada pasar ayam broiler.


Sepiring Nasi Kesuksesan

Sukses bagi seorang entrepreneur sejati seperti Bob Sadino, ternyata begitu sederhana. “Kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan besok saya dapat makan, saya sudah sukses,” ungkap bos Kemchicks Group ini. Ia bilang, banyak orang tidak pernah memahami arti sepiring nasi. Makan dianggap sebagai kewajaran jika orang tidak punya masalah untuk mendapatkan makanan. Tapi bagi orang yang pernah lapar, pernah tidak makan, sepiring nasi mempunyai arti yang sangat besar dan sangat mendalam. “Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa begini hari ini,” tutur Bob, yang pernah jadi sopir taksi dan nguli di Jakarta dengan upah Rp100 per hari.
Bob, yang lulus SMA tahun 1953 itu mengkritik keras kecenderungan para orang tua yang malas mendidik sendiri anak-anaknya. Para orang tua itu melepaskan tanggungjawab mendidik anak dan seenaknya membebankan tugas itu pada sekolah. Akhirnya, sering mereka memaksakan kehendak pada anak-anak dalam hal memilih jenis pendidikan. Padahal, kata pengusaha gaek yang pernah ikut-ikutan temannya kuliah di Fakultas Hukum UI ini, semua anak bebas menentukan pilihan. Namun itulah egoisnya orang tua. Tanpa sadar mereka sedang memperkosa pikiran anak-anak. 

Bagi Bob, keteladanan sangat bermakna untuk membangun mental seseorang. “Bukan dengan memicu dan memacu, karena banyak orang yang tidak mau dipicu dan dipacu,” tegas Bob. Ia mengaku sangat keras dalam mendidik anak-anaknya, tetapi juga memberi pilihan sebebas-bebasnya. Disiplin harus ditegakkan, tapi kemandirian juga harus ditumbuhkan. Itulah semangat Bob dalam menggerakkan para karyawan di Kemchicks Group, yang mana mereka dianggapnya sebagai anak-anak sendiri. 

Teramat sayang jika orang hanya mengingat seorang Bob Sadino sebagai pengusaha nyentrik, yang kemana-mana pakai celana pendek. Makin digali, makin ketemulah sosoknya sebagai seorang Master Kehidupan. Bahasanya bernuansa sufistik. Ungkapan-ungkapan yang sederhana, lugas, dan kadang provokatif namun kaya makna itu, menjadikannya bak seorang “Guru Zen” dalam hal bisnis. “Saya ini seperti sebuah gitar tua di atas meja. Apakah saya bisa mengalunkan irama yang indah atau buruk, tergantung siapa yang memetiknya,” ungkap Bob saat didesak untuk mengeluarkan seluruh ‘ilmunya’ oleh Edy Zaqeus. 

Kalau pikiran ini kita umpamakan sebuah cangkir teh, maka kita tak bakalan pernah bisa mengenal “tehnya” Bob Sadino, jika kita tak lebih dulu mengosongkan cangkir itu. Berikut petikan wawancara antara Bob Sadino, sang “Guru Zen” bisnis, dengan salah satu pengagumnya, Edy Zaqeus. Wawancara berlangsung sepanjang perjalanan dari rumah Bob di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sampai di kantornya di kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta Timur. Wawancara ini merupakan salah satu bab dari buku best seller berjudul Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah! (Gradien, 2004) 

Modal sering menjadi hambatan bagi yang ingin berwirausaha. Pandangan Anda?
Rata-rata kalau orang bicara modal, langsung otaknya bilang duit. Orang yang lebih canggih lagi, kalau bukan duit ya benda-benda modal seperti pacul, pikulan, atau becak. Itu modal yang bisa dilihat, dipegang, dirasakan, modal tangible. Ada modal yang tidak bisa dilihat, dirasakan, dipegang. Umpamanya modal keberanian, kemauan, tekad. Saya pribadi, dari mana mulainya? Ya, dari yang tidak kelihatan tadi. 
Soal ketidakberanian mengambil risiko, jika berdasarkan perhitungan risikonya terlalu besar. Komentar Anda?
Karena saya berangkat tanpa perhitungan apa-apa, bagaimana saya mau mengitung kalau duit saya tidak punya? Modal saya hanya kemauan, tapi saya punya kaki punya tangan, terus saya melangkah, saya berbuat! 
Apa cukup mengandalkan keberanian ambil risiko saja?
Salah satunya iya. Kalau orang biasanya menghindari risiko, saya masuk kategori orang yang mencari risiko, kan? Masa bodoh akibatnya, yang saya cari itu risiko. Silahkan terjemahkan…. 
Pernah mengalami kegagalan dalam usaha?
Ini pertanyaan yang sangat lucu… Kegagalan itu sudah termasuk dalam usaha. Cari risiko berarti cari kegagalan, kan? Berusaha itu modalnya bukan duit. Duit itu nomor ke seratus kali!

Soal mental kewirausahaan masyarakat kita?
Rata-rata orang Indonesia masih berpikir untuk jadi pegawai saja. Termasuk mereka yang sudah selesai sekolah, sarjana-sarjana itu. Kebanyakan orang tidak mau dipicu dan dipacu mental kewirausahaannya. Karena tidak mau, ya pendekatannya harus beda. Ya, keteladanan saja. Kalau orang melihat Anda berhasil, Anda hanya bisa berharap orang lain mengikuti Anda. Itu saja!

Bukankah itu pasif?
Memangnya kita bisa maksa orang? Kamu mau nggak dipaksa? “Kamu besok berhenti saja jadi wartawan, kamu ikuti jejak saya, mau nggak kamu?!” 
Konon dalam usaha perlu ‘naluri bisnis’ (instinct) atau feeling. Anda sendiri?
Dari pengalaman, saya tidak mengatakan bahwa instinct atau feeling itu faktor. Mungkin ada, Mungkin! Tapi itu kan sesuatu yang tidak ada jaminannya? Yang orang katakan feeling bagi saya, sebenarnya adalah karena saya sudah melangkah 999 langkah. Maka langkah saya yang ke-1000 itu, yang sebetulnya langkah berikutnya, itulah yang dikatakan orang instinct atau feeling.

Kalau soal ‘hoki’ atau keberuntungan?
Berapa persen sih orang yang bisa menyandarkan dan mengandalkan sebuah sukses dari faktor hoki? Kenapa nggak dilaksanakan saja, dijalankan saja? Mungkin hoki datang sejajar dengan itu, dengan sendirinya. Kalau orang sejak awal percaya dirinya tidak bisa berhasil, maka seumur hidupnya, sepanjang hayatnya, dia tidak akan pernah berhasil.

Bagaimana dengan leadership dalam menghidupkan usaha?
Kalau ditanya definisinya saya nggak bisa jawab. Kalau ditanya hasilnya, saya punya 1.600 orang anak-anak. Mereka itu anak-anak, saya bapaknya, itu saja! Nggak pakai resep. Mereka itu mbututi (mengikuti) saya kok. Jika kamu belum menikah, belum punya istri, belum punya anak, maka apa pun yang saya terangkan tentang ‘bapak’, kamu tidak akan mengerti. Itu pun sudah merupakan jawaban! 
Kalau anak-anak tidak mampu melaksanakan apa yang Anda inginkan?
Dibentur-benturkan aja kepalanya ke tembok! Apakah saya bisa andalkan anak saya dari pengetahuannya saja? Pengalaman. Anak pegang sepeda, kalau jatuh itu risiko saya. Si anak merasakan sakit. Tapi sebagai seorang bapak, kalau anak luka, yang ngobatin luka itu siapa? Risiko si anak sakit, luka, berdarah, teriak-teriak. Karena itu dirasakan anak saya, saya ikut merasakan. Saya sebagai bapak harus bertanggung jawab. Saya melaksanakan tugas saya sebagai bapak, sama dengan semua bapak di mana pun bapak-bapak berada. Tidak ada bedanya.

Usaha sudah besar, urusan makin banyak, sistem makin rumit. Bagaimana mempertahankan semua ini?
Saya kan sama anak-anak, tidak sendirian? Harus dilihat saya bersama anak-anak itu sebagai sebuah kebersamaan. Sudah lama saya tidak mengambil keputusan. Anak-anak saya suruh belajar naik sepeda. Terserah mau ke mana dan bagaimana mereka naik sepeda. Kalau saya mengawasi terus, kapan dewasanya anak-anak?

Tidak selamanya orang bisa lurus terus. Kadang meyimpang, kadang melakukan kesalahan?
Saya buka dan bebaskan. Kalau mau melakukan penyimpangan, melakukan kesalahan, silahkan! Bebas kok. Terserah. Seperti anak saya yang naik sepeda, kalau dia jatuh, dia sakit sendiri. 
Kesalahan yang disengaja maupun yang tidak?
Dua-duanya boleh. Merdeka kok!

Kedengarannya kok tidak ada mekanisme reward and punishment?
Punishment-nya itu bukan dari saya. Reward-nya juga bukan dari saya. Punishment juga karena kelakuan dia sendiri. Memangnya tugas bapak itu harus punish and reward? Memangnya polisi? Saya paling menghindari perkataan punishment.

Lebih utama pengalaman atau sesuatu yang didapat dari bangku sekolah?
Saya tidak bisa ngomong karena saya nggak sekolah. Menurut istilah Andrias (penulis buku-buku best seller: red), saya ini orang yang belajar, tetapi orang yang tidak pernah sekolah.
Siapa guru-guru terbaik Anda?
Alam. Saya melihat anak-anak, saya lihat pohon, matahari, jalanan, batu, sekeliling saya aja. Apa orang itu ndak bisa belajar dari batu? Banyak orang tua yang tidak rela anaknya tidak sekolah. 
Mungkin ada kekhawatiran kalau tidak sekolah nanti tidak bisa hidup?
Apakah mereka tahu dengan sekolah itu anaknya bisa hidup? Apakah nggak sebaliknya, malah karena sekolah dia nggak akan bisa hidup? Kalau saya jadi kamu, segera setelah jadi orang tua, yang saya ingat adalah obrolan saya dengan Bob Sadino. Apakah sekolah itu jaminan bahwa anak itu nanti akan berhasil? Saya hampir pasti kalau kamu jadi orang tua, kamu akan paksa anakmu untuk sekolah. Kalau kamu orang tua yang percaya, bahwa dengan sekolah anak itu bisa sukses, saya cenderung mengkategorikan kamu sebagai orang tua yang tidak bener. Pertama, kamu malas tidak mau mendidik anak sendiri. Kedua, kamu mengandalkan orang lain. Kalau kamu menghendaki anakmu melakukan setiap yang kamu inginkan, kamu orang tua yang paling egois. Bukankah setiap anak itu bebas memilih apa pun yang dia inginkan? Tanpa sadar kamu sedang memperkosa pikiran anakmu. Itu menurut Bob Sadino! 
Ada pemikiran, pendidikan adalah warisan terbaik bagi anak?
Kalau semua orang bilang begitu, saya yang akan bilang tidak! Kamu belum menarik garis sekolah itu apa, belajar itu apa. Alangkah prihatinnya saya. Kasihan sekali pada orang tua yang mendidik anaknya, dengan menyuruh si anak masuk di sebuah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding. Bukankah dunia ini lebar? Warisan disempitkan menjadi satu; sekolah. Yang lain-lain nggak dianggap warisan, alangkah sempitnya pemikiran itu. Anak-anak saya ya saya sekolahkan. Tapi setelah itu saya bebaskan, mau apa terserah. Tidak pernah saya paksakan. Dan walau anak-anak saya selesai sekolah, ternyata mereka juga ndak senang sekolah.

Apakah ide-ide semacam ini bagus untuk orang-orang di bangku sekolah?
Saya selalu mengatakan, bagi mereka yang memaksakan kepingin sukses, jawaban saya sangat sederhana dan sangat tidak populer. Kalau kamu mau sukses, besok kamu berhenti sekolah. Dan jelas tidak ada satu orang pun yang mau nurut kata-kata saya. Padahal dia sedang mencari dan mengejar sukses.

Mungkin orang merasa tidak aman jika meninggalkan sekolah dan tidak punya ijazah?
Kamu tahu berapa ribu sarjana yang nganggur. Apakah itu aman buat mereka? Kemarin saya ke IPB sedang mewisuda 1.200 sarjana. Dari 1.200 sarjana yang kemarin diwisuda itu, berapa yang dapat pekerjaan, saya tidak tahu. Yang saya tahu hanya beberapa gelintir saja. Artinya kamu menyekolahkan anak untuk mencapai suatu tujuan, yaitu masuk pada suatu tempat yang tidak aman. Itu jelas sebetulnya. Tapi mengapa paradigmanya tidak pernah mau digeser-geser? Karena itu budaya dari nenek moyang. Orang tua maunya gampang. Sebetulnya sekolah itu hanya wakil saja dari orang tua. Kalau orang tua yang prihatin, ya dia didik sendiri anaknya.

Waktu kecil pernah punya cita-cita?
Nggak punya cita-cita. Kamu bertanya, ‘benar nggak?’ berarti kamu tidak percaya sama saya, kan? Karena aneh, kan? Orang selalu tidak percaya jika saya ngomong yang sejujur-jujurnya. 
Bagi Anda apa makna sukses itu
Bilamana apa yang saya harapkan, itu yang saya dapatkan, itulah sukses. Jadi kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan besok saya dapat makan, saya sudah sukses. Buat saya nasi sepiring itu sudah baik. Orang mencari macam-macam itu kan karena tidak pernah menghargai nasi sepiring buat dimakan besok? Saya menghargai itu karena saya pernah lapar. Nasi sepiring itu punya arti besar, segunung sudah. Sesederhana itu! Nasi doang itu bagi saya sudah lebih baik daripada saya tidak makan. Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa begini hari ini. 

Orang yang tidak bisa menghargai sepiring nasi doang, karena mereka belum pernah lapar, kan? Mungkin perbedaan yang paling mencolok antara saya dengan begitu banyak orang adalah itu. Makan dianggap taken for granted, kewajaran, karena orang itu tidak punya masalah dengan makan. Tapi orang-orang di pinggir jalan itu, kamu tanya mereka….

Ada saat-saat khusus untuk meditasi atau refleksi diri?
Walah… dengan saya bersosialisasi dan berkomunikasi dengan anak-anak, itu sebuah refleksi spontan, kan? Apakah itu sikap saya, tindakan saya, atau pembicaraan saya, saya mendapatkan refleksinya. Jadi saya tidak perlu lagi merenung. Saya bicara dengan Anda, saya mendapatkan refleksi dari Anda. Refleksinya…oh, segala pertanyaan yang saya jawab anak ini ternyata bingung sendiri ha..ha..ha..

Setelah seperti sekarang ini, ke depan apalagi yang Anda harapkan?
Dari awal saya bilang, besok itu saya mengharapkan bisa makan. Dan keesokan harinya saya bisa makan, dan saya puas. Apalagi yang saya harapkan? Karena itu makna sukses, kan? Sudah cukup. Nah, pulang nanti kamu dipaksa merenung! Bisa nggak menerjemahkan sang sufi ini ha..ha..ha…Kamu mengukur saya itu sekarang, kamu melihat saya serba ada. Kamu lupa sepiring nasi buat saya itu ada, itulah titik ada pada waktu saya punya sepiring nasi besok. Itu titik ada saya. Kalau saya melihat titik pada waktu besok saya mau makan saya dapat nasi, itu sudah titik bagi saya.*

Sukses Itu Bukan Tujuan tapi akibat

Salah satu kata Motivasi sukses yang paling mengena di hati bintang adalah “Sukses itu Bukan Tujuan tapi akibat“. Nah ternyata Strategi sukses ini diterapkan betul oleh banyak orang sukses termasuk seorang Bob Sadino (Si pengusaha terkenal itu). Nah!  Lebih jauh mengenai trik dan tips sukses tersebut :
Kebanyakan Motivasi sukses orang adalah menganggapnya sebagai tujuan. Mereka (ORANG GAGAL) berusaha di bidang apapun tujuannya hanyalah kesuksesan. Jangan salah! Sayasendiri sampai detik ini juga melakukan itu lho. Tapi ternyata itu salah bung!

Kata mutiara motivasi anda itu kok selalu berbelit dan kadang membingungkan saya yang punya IQ rendah. Ok maksud dari strategi sukses saya adalah….
Saat kita memulai usaha, terkadang kita hanya memikirkan bagaimana caranya menjadi sukses. Contohlah kita mau jualan mie ayam, Pastinya dihati hanya menginginkan bagaimana mie ini terjual habis. But, Kita tidak pernah sekalipun berfikir apakah mie ini enak atau bagaimana memasarkannya.

Berbeda bagi mereka yang benar-benar mengerti!!! Strategi sukses mereka adalah membuat mie ayam yang enak dan kemudian memasarkan dengan bagus. Baru kemudian mereka menanti hasilnya yang disebut dengan SUKSES.

Intinya tips dan strategi sukses yang saya maksud adalah anggap bahwa sukses itu hanyalah sebuah akibat dari apa yang kita lakukan. Jadi ingat benar kalimat motivasi ini “Sukses Itu Bukan Tujuan tapi akibat”.

Larry King

Sesuai dengan namanya, king yang berarti raja, Larry King pantas berjuluk sebagai raja talk show dunia. Tahun 2007 ini, ia sudah menorehkan karir lima dasawarsa alias 50 tahun menggeluti dunia hiburan. Sebuah prestasi yang sangat luar biasa. Sebab, tak mudah bagi artis kaliber internasional sekalipun, mampu mempertahankan karirnya hingga 50 tahun. Hebatnya lagi, ia mampu terus menjaga performanya hingga acaranya selalu menempati rangking atas dalam perolehan jumlah penonton. Tak hanya itu, ia juga dikenal sebagai pewawancara handal sehingga banyak tokoh dunia yang bersedia antri untuk tampil di acaranya Larry King Show di jaringan televisi CNN. Tak kurang, kelahiran Brooklyn New York pada 19 November 1933 ini, sudah mewawancarai tujuh presiden Amerika Serikat, keluarga kerajaan, dan bintang-bintang top Hollywood dalam acaranya itu.



Meski sudah sangat terkenal, jika menilik masa mudanya, mungkin orang tak pernah menduga jika Larry akan setenar sekarang. Ia lahir dari keluarga sederhana dan sudah ditinggal wafat ayahnya sejak usia belia. Saat masih muda, ia melihat perjuangan ibunya membesarkan keluarga, sehingga kemudian ia memilih untuk tidak melanjutkan sekolah guna membantu ibunya. Pada saat itu, ia yang sejak awal bercita-cita jadi penyiar radio, seolah-olah harus mengubur impiannya karena hanya mampu menjadi seorang pengantar paket.
Namun, dengan tekad kuat, ternyata jalan menjadi entertainer mulai terbuka saat ia bertemu dengan salah satu penyiar jaringan CBS. Dari nasehat orang itu, dia mendapat nasehat untuk mencoba peruntungannya menjadi penyiar ke Florida. Ternyata betul, ia akhirnya mendapat pekerjaan sebagai disk jockey (DJ) di sebuah radio. Tak berapa lama, acaranya di radio itu mendapat banyak sambutan dan jadi populer. Dari sanalah ia mulai merintis karir ke televisi di Miami Television.
Sayang, karena terlibat masalah keuangan, dia sempat bangkrut dan harus pindah dari Miami. Tapi, dengan tekad kuat mewujudkan semua impiannya, ia merintis karirnya lagi dari bawah dengan menulis artikel di majalah dan bekerja di sebuah radio di West Coast. Akhirnya, setelah melalui perjuangan berat, ia mampu kembali ke jalur televisi dan bahkan punya acara sendiri yang jadi legenda hingga kini, yakni Larry King Show.
Pada tahun 1985, stasiun Cable News Network (CNN) mengangkat acara Larry King Live di televisi dan menjadikannya sebagai acara interaktif lewat telepon pertama di dunia. Dengan kelihaiannya bertanya, menggali sisi unik dan khas dari narasumbernya, ia mampu menghadirkan banyak tokoh penting dunia di acaranya. Bahkan, dalam beberapa kali pemilihan presiden Amerika Serikat, acaranya dijadikan ajang debat kandidat presiden.
Berkat kerja kerasnya, ia juga telah banyak menerima penghargaan. Di antaranya yaitu Peabody Award, Ace Award, dan Broadcaster of the Year Award dari International Radio and Television Society. Larry King juga menjadi kolumnis untuk USA Today dan the Diamond, dan kemudian menulis sejumlah buku, antara lain Teel Me More; Mr. King, Your`re Having a Heart Attack; dan yang terakhir On the Line.

Kini, di usianya yang sudah makin senja, selain terus berkarya, ia juga makin memperhatikan sesama. Ia mendirikan Yayasan The Larry King Cardiac Foundation, yang bertujuan membantu operasi jantung orang yang tak mampu. Saat ini, telah ratusan orang, kebanyakan anak-anak, telah berhasil diselamatkan hidupnya berkat bantuan yayasan Larry ini. Saat ini, melalui yayasan tersebut, Larry berambisi untuk membantu minimal satu jantung per hari untuk disembuhkan.

Pencapaian Larry King hingga 50 tahun karir, meski sempat jatuh bangun, adalah gambaran kerja keras dan kemauan kuat yang patut dicontoh. Perhatiannya kepada orang yang kekurangan juga menjadi nilai lebih yang bisa dijadikan teladan pada siapa saja yang ingin mendapatkan kesuksesan sejati.

Cristiano Ronaldo

CR7
Emosi yang mudah meledak dan temperamen yang keras adalah ciri pemain sepakbola muda kelahiran Madeira Portugal ini. Namun, berkat kekerasan hatinya itu juga, ia mampu membalikkan cercaan dan cemoohan menjadi pujian setinggi langit. Itulah sosok seorang Cristiano Ronaldo, pemain sepakbola nasional Portugal dan klub Manchester United Inggris.

Ya, pria kelahiran 5 Februari 1985 ini memang mampu mengubah cercaan publik Inggris, akibat kasus dengan rekan setimnya Wayne Rooney pada piala dunia 2006 lalu, menjadi pujian. Saat itu Ronaldo dituduh memprovokasi wasit sehingga membuat Rooney diganjar kartu merah sehingga harus keluar lapangan. Namun, berkat kerja keras, kemauan kuat untuk terus memperbaiki skill individu, latihan terus menerus, serta kekerasan hati untuk tidak memedulikan suara sumbang di sekitarnya, Ronaldo mampu mengatasi semua tekanan itu. Meski masih muda, ia dapat mengendalikan egonya untuk terus berbuat yang terbaik bagi klubnya sehingga fans yang tadinya mencemooh kini balik mendukungnya. “Pada masa itu saya hanya memikirkan bagaimana berlatih dan terus memperbaiki skill saya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi saat itu, karena itu saya hanya memastikan bahwa saya akan terus mempertahankan performa saya dan meningkatkan kemampuan,”sebut Ronaldo mengenang masa suram itu.

Kini, berkat prestasinya, yakni mengemas gol-gol penting untuk memenangkan klubnya, ia terus mendapat pujian dari banyak pihak. Bahkan, seterunya saat kejadian piala dunia lalu, Wayne Rooney, mengatakan bahwa Ronaldo sepantasnya dijuluki sebagai pemain terbaik dunia saat ini.

Bakat besar Ronaldo di sepakbola sebenarnya mulai diasah sejak usia delapan tahun. Kala itu, talenta luar biasa pria bernama lengkap Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro langsung tercium oleh para pemilik klub di Portugal. Karena itu, tak lama ia langsung ditarik menjadi anggota klub yunior Andorinha, tempat ayahnya bekerja sebagai penyedia perlengkapan. Dua tahun kemudian, kegigihannya berlatih membuat beberapa klub tertarik padanya, diantaranya CD Nacional yang kemudian berhasil diantarkannya menjadi juara sebuah kejuaraan nasional. Berkat prestasi itu, dua tahun kemudian ia langsung direkrut Sporting Lisbon, klub terkenal asal Portugal. 


 Dari sana, jalannya untuk jadi pemain sepakbola kelas dunia makin terbuka. Apalagi sejak ia memperkuat tim nasional Portugal U-17, beberapa klub dunia mulai tertarik padanya. Salah satunya, yakni Manchester United yang berhasil mendapatkannya senilai 12,24 juta pound atau hampir sekitar 200 miliar pada saat ia masih berusia 18 tahun! 

Tidak tanggung-tanggung, klub terbesar Inggris itu juga memberinya nomor punggung keramat, yakni nomor tujuh, nomor yang selama ini dipakai beberapa legenda klub tersebut seperti George Best, Bryan Robson, Eric Cantona, dan David Beckham. 



Saat ini, pelatih Manchester United, Sir Alex Ferguson, juga selalu mempercayakan tempat utama di tim berjuluk Setan Merah itu. Sebab, Ferguson menilai bahwa Ronaldo adalah pemain multitalenta. Ia bagus saat bermain sebagai gelandang serang, pemain sayap, bahkan menjadi striker jika dibutuhkan. Tak heran, berkat kemampuan dan prestasi yang terus ditunjukkan, gajinya kini naik berlipat. Pada usianya yang masih 22 tahun, ia sudah memiliki gaji sekitar 1,9 miliaran per minggu!

Dengan berbagai prestasi dan pendapatan yang sangat tinggi itu, rupanya ia juga tetap tak melupakan sisi kemanusiaan. Salah satunya yang mungkin tidak bisa dilupakan publik Indonesia adalah kedatangannya ke Indonesia beberapa waktu lalu untuk memberikan sumbangan pada seorang anak korban tsunami Aceh bernama Martunis. Ia merupakan salah satu orang pertama yang menggerakkan rekan-rekannya sesama pemain bola untuk membantu korban bencana tsunami di Aceh, hanya karena ia melihat seorang bocah Aceh yang jadi korban mengenakan kostum tim nasional sepakbola Portugal. Begitulah, meski dikenal keras hati dan temperamental, seorang Ronaldo juga punya belas kasih dan jiwa penolong di hatinya. 


Kekerasan hati jika mampu dikendalikan dengan benar justru bisa sarana untuk terus memompa semangat guna memperbaiki diri dan mengoreksi kesalahan serta berbuat baik bagi sesama.



Bill Gates

 
Jika mendengar nama ini, orang akan langsung ingat dua hal, yakni Microsoft dan kekayaan. Yah, memang tak bisa dimungkiri, orang mengenal Bill Gates sebagai pendiri perusahaan piranti lunak terbesar di dunia. Selain itu, kekayaan yang diperolehnya dari perusahaan itu telah membuatnya jadi orang terkaya di dunia beberapa tahun berturut-turut, tanpa pernah tergeser ke posisi kedua sekalipun. Konon, kekayaannya mencapai 71% nilai anggaran belanja negara kita, yakni lebih dari Rp500 triliun. Sungguh fantastis!

Tapi, semua itu tentu melalui proses panjang. Semua berawal dari impian Bill Gates saat masih muda. Ketika itu, sekitar tahun 70-an, ia yang hobi mengutak-atik program komputer memimpikan bisa menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Sesuatu yang dianggap sulit diwujudkan pada masa itu. Sebab, pada tahun itu komputer masih berukuran sangat besar dan hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu saja.

Kelahiran Seattle dari pasangan seorang pengacara dan pegawai bank ini memang terkenal cukup ambisius. Pada saat masih sekolah dasar, semangatnya yang cenderung menyulitkannya dalam pergaulan membuat orang tuanya memindahkan sekolahnya ke sekolah unggulan khusus laki-laki di Lakeside School. Di sekolah itulah ia pertama kali berkenalan dengan dunia yang mengantarkan pada bakatnya di bidang pemrograman. Saat itu ia mengenal mesin teletype, semacam mesin ketik yang bisa diberi program sederhana. Dari mesin itu, kemudian dia mulai menguasai dengan baik bahasa pemrograman BASIC. Ia pun lantas bertemu dengan komunitas penggemar program dan sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni hobi tersebut.

Ayah tiga anak ini kemudian mengembangkan bakatnya saat kuliah di Universitas Harvard. Namun, saat kuliah di universitas elit di Amerika itu, lagi-lagi ambisi Bill Gates membuatnya lebih memilih untuk mewujudkan impiannya, dibandingkan harus menyelesaikan studi. Ia memilih drop out dan berkomitmen kuat untuk mewujudkan ambisinya.

Komitmen itu diwujudkan dengan ketekunan, ketelatenan, dan keuletan, sehingga pelan tapi pasti hobinya membuat program telah menjadi bisnis yang kian menguntungkan. Ia kemudian juga bertemu dengan Paul Allen, rekan yang kemudian turut membantunya mewujudkan impian menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Duet mereka banyak menghasilnya program-program unggulan, salah satunya MS-DOS yang kemudian banyak dipakai sebagai software di berbagai komputer.

Berbagai inovasi tak henti dilakukannya. Hasilnya? Seperti yang dilihat banyak orang saat ini. Impian Bill Gates telah menjadi nyata. Hampir setiap rumah, kini mempunyai komputer. Dan, hebatnya, sistem operasinya kebanyakan menggunakan produk Microsoft. Inilah yang membuat pundi-pundinya terus mengembang.

Kini, dengan kekayaannya tersebut, Bill Gates dan istrinya, Melinda, kemudian mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan bentukan Gates ini digunakan untuk berbagai kegiatan sosial. Mulai dari menyalurkan beasiswa kepada kaum minoritas, berperang melawan penyakit seperti AIDS dan berbagai penyakit lainnya, hingga memerangi kelaparan dan kemiskinan. Tak tanggung-tanggung, pasangan suami istri ini menyumbangkan lebih dari US$ 5 miliar untuk kepentingan yayasan ini. Sebuah sumbangan terbesar di dunia yang pernah diberikan pada sebuah yayasan sosial.


Sebuah impian, jika disertai dengan keyakinan kuat dan kerja keras, serta dilandasi komitmen perjuangan tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang. Bill Gates adalah bukti nyata bahwa impiannya yang pernah dianggap mustahil, kini mampu diwujudkannya. Nilai keyakinan dan perjuangan inilah yang bisa kita contoh dalam kehidupan kita. Selain itu, kepedulian Bill Gates untuk berbagi juga bisa dijadikan teladan bahwa sukses akan lebih berarti jika kita bisa saling berbagi.

Kisah Sukses BOB SADINO

Pria berpakaian ”dinas” celana pendek jin dan kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, ini adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha.  

Pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket) 

ini mantan sopir taksi dan karyawan Unilever yang kemudian menjadi pengusaha sukses.

Titik balik yang getir menimpa keluarga Bob Sadino. Bob rindu pulang kampung setelah merantau sembilan tahun di Amsterdam, Belanda dan Hamburg, Jerman, sejak tahun 1958. Ia membawa pulang istrinya, mengajaknya hidup serba kekurangan. Padahal mereka tadinya hidup mapan dengan gaji yang cukup besar.

Sekembalinya di tanah air, Bob bertekad tidak ingin lagi jadi karyawan yang diperintah atasan. Karena itu ia harus kerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri dan istrinya. Ia pernah jadi sopir taksi. Mobilnya tabrakan dan hancur. Lantas beralih jadi kuli bangunan dengan upah harian Rp 100.

Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.

Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.

Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.

Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.

Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.

Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.

Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.

Anak Guru

Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.

Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.

Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.”

Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik.Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan dan 100 ton sayuran segar.
”Saya hidup dari fantasi” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahannya"

Bob Sadino

Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran.

Penampilannya yang serba cuek itu ternyata sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab, menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja.

Totalitas Bob memang patut diacungi jempol, apalagi mengingat lika-liku jalan hidup yang telah ditempuhnya. Pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 yang hanya lulusan SMA ini pernah mengenyam profesi dari sopir taksi hingga kuli bangunan untuk sekadar bertahan hidup.

Saat masa sulitnya, ia pernah hampir depresi. Tapi, ketika itu seorang temannya mengajaknya memelihara ayam. Dari sanalah ia kemudian terinspirasi, bahwa kalau ayam saja bisa memperjuangkan hidup, bisa mencapai target berat badan, dan bertelur, tentunya manusia juga bisa. Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Ia pun kemudian memutuskan untuk makin menekuni usaha ternak ayam.

Pada awalnya, ia menjual telur beberapa kilogram per hari bersama istrinya. Mereka menjual telur itu awalnya dari pintu ke pintu. Dan, dengan ketekunan dan kemampuannya menjaga hubungan baik, telurnya makin laris. Dari sanalah kemudian usahanya terus bergulir. Dari hanya menjual telur, ia lantas menjual aneka bahan makanan. Itulah yang akhirnya menjadi cikal bakal supermarket Kemchick miliknya. Ia kemudian juga merambah agribisnis khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun yang banyak berisi sayur mayur untuk dijual pada orang asing seperti orang Jepang dan Eropa. Hubungan baik dengan orang-orang asing inilah yang kemudian makin membesarkan usahanya hingga ia akhirnya juga memiliki usaha daging olahan Kemfoods.

Dalam menjalankan setiap usahanya, Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci sukses. Sebab, ia percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diimbangi kegagalan, peras keringat, dan bahkan jungkir balik. Menurutnya, uang adalah prioritas nomor sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa menciptakan kesempatan dan berani mengambil peluang.

Bob menyebut, kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana sehingga tidak segera melangkah. Ia mengatakan bahwa ketika orang hanya membuat rencana, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain, muncullah sifat arogan. Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan dan selalu dengarkan saran dan keluhan pelanggan. Bob membuktikan sendiri, ia yang hanya bermodal nekad, tapi berlandaskan niat dan keyakinan, serta kerja keras pantang menyerah, tanpa teori sukses ia pun bisa jadi seperti sekarang.

Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras, serta dilandasi keyakinan kuat untuk mewujudkan cita-cita. Bob Sadino adalah contoh nyata bahwa setiap orang bisa sukses asal mau membayar ”harga” dengan perjuangan tanpa henti.

Impian Hidup mu: Kisah dua Anak Desa

"Be careful of your wish for, because it may happen (Anonymous)"

Masa depan, apakah ia dimiliki oleh orang-orang tertentu? Atau ia bebas dimiliki siapa saja? Saya ingin menuturkan dua kisah anak desa yang membuktikan ia milik siapa saja.

Pada suatu malam pada tahun 1981 di sebuah kamar berukuran 3x4 meter,  sambil menikmati pisang ambon kegemaran kami, saya mendengarkan dengan seksama penuturan seorang sahabat tentang impiannya untuk keliling dunia. Ia bercerita sambil menggenggam sebuah buku kisah perjalanan. Saya lupa judulnya.

Kami berdua bertetangga, tinggal di kampung, di sebuah kota kecil, Pandeglang, Banten. Membaca buku merupakan kemewahan bagi kami saat itu. Ada dua cara yang biasanya kami lakukan untuk mendapatkan buku; pertama, pinjam kepada Harry, anak dokter satu-satunya di kota kami saat itu. Kedua, pinjam ke perpustakaan umum, sekitar lima kilometer di pusat kota.

U. Saefudin, nama sahabat kecil itu. Belakangan ia tambahkan nama ayahnya, Noer, di belakang namanya. Saya sering memanggilnya Ka Udin, sebab ia lebih tua setahun. Saefudin sangat menghormati kedua orangtuanya. Belakangan, setelah ia bekerja, orang-orang memanggilnya sebagai Pa Uu.

Sejak kecil saya mengenalnya sebagai pribadi yang senang berorganisasi dan sarat prestasi akademik. Dua hal yang kadang saling bertentangan dan saling meniadakan, namun tidak bagi Saefudin.

Di sela-sela belajar bareng, dia sering menunjukkan buku-buku puisi karya WS Rendra dan puisi-puisi karyanya yang dimuat di majalah Hai. Ada bakat besar untuk menjadi penyair pada dirinya, karena ia juga sarat dengan prestasi seni baca puisi. Saking seringnya menang perlombaan baca puisi, ia dilarang ikutan lomba lagi di tingkat kabupaten dan justru dijadikan juri oleh guru SMP kami.

Saefudin mampu memadukan kegairahan belajar di kelas, hobi berorganisasi di luar kelas dan keluasan pergaulannya dengan para seniman dan penggiat aktivitas kemasyarakatan, termasuk Pramuka. Ia tidak pernah terlihat lelah bila sedang berorganisasi. Diam-diam, saya belajar darinya, sembari mengagumi berbagai kelebihannya. Tentu, tak ada manusia yang sempurna.

Dengan ketekunannya itu, ia sanggup menembus FISIP UI melalui jalur Sipenmaru (sekarang jalur UMPTN), meski sempat tertunda setahun. Kegagalannya pada kesempatan tahun pertama ia sikapi dengan positif melalui kerja keras, tanpa lelah. Saat ia mempersiapkan ujian masuk UI pada kesempatan kedua, saya kerap mengunjunginya di kampung saat libur perkuliahan di Bogor.

Saat ia kuliah di Depok, kami terus berhubungan. Rupanya, di luar jam kuliah, ia meneruskan gairahnya berorganisasi. Badan Perwakilan Mahasiswa FISIP UI ia pimpin, organisasi ISAFIS ia tekuni, dan ia juga masih rajin mengirim surat dan puisi pada teman-temannya, termasuk saya.

Saat di kampus itu, ia sempat terpilih sebagai mahasiswa teladan UI. Bahkan, saat lulus tahun 1991, karya tulisnya mendapat penghargaan skripsi terbaik dari AIPI. Saya diajaknya ke Gedung LIPI untuk memperoleh penghargaan itu, untuk seterusnya ditraktir makan siang.

Hati-hati dengan impianmu, sebab ia akan menjadi kenyataan, demikian nasihat seorang bijak. Saat di kampus, Saefudin mendapat berbagai kesempatan ke luar negeri melalui beasiswa. Jepang adalah negara pertama yang ia kunjungi melalui program Nakasone, menyusul negara-negara lain. Tak terhitung.

Prestasi dan perjalananannya melintasi lima benua semakin menjadi-jadi saat ia merintis karir profesional yang disertai kelincahannya bergaul dengan berbagai kalangan.

Saefudin sempat ditempa Ekie Syachrudin di perusahaan konsultan nasional dan kemudian ia bergabung dengan konsultan manajemen multinasional yang berbasis di Punta Gorda, Florida, USA, untuk operasi wilayah Asia Pasifik.

Setelah itu, ia melesat bak anak panah, menjadi salah satu tim khusus ABAC (APEC Board Advisory Board) mendampingi beberapa tokoh nasional seperti Muchtar Mandala (Dirut Bank Duta saat itu), AR Ramly (mantan Dirut Pertamina dan Duta Besar RI utk Amerika Serikat), dan Bustanil Arifin (Mantan Menkop).

Berbekal semua pengalamannya itu, Saefudin kemudian memilih dunia keuangan dan perbankan sebagai jalan hidupnya. Setelah merintis karir di Bank Duta dan Bank Syariah Mandiri, Saefudin dipercaya menjadi Direktur Bank Muamalat pada tahun 2004 hingga tahun 2009. Setelah menuntaskan tugasnya di bank syariah pertama tersebut, kini ia menjadi penanggungjawab unit bisnis syariah di CIMB Niaga.

Teman, kisah Saefudin Noer ini adalah kisah nyata tentang dahsyatnya impian masa kecil yang terus dirawat, dipupuk dan terus diraih dengan bekal kompetensi, ketekunan dan silaturahmi.  Boleh jadi, pengalaman Saefudin ini mewakili pengalaman Anda juga, bukan?.

Mari rawat impian-impian hidup kita dan kita tularkan juga pada anak-anak kita. Teruslah pupuk dan sirami dengan pikiran-pikiran dan kebiasaan positif. Wujudkan dengan bekal kompetensi, ketekunan dan silaturahmi, sebab kesuksesan adalah pertemuan antara kompetensi dan kesempatan. Kesempatan banyak mendatangi orang yang senang bersilaturahmi. Tentu, semuanya harus disertai doa kepada Tuhan, Sang Maha Pemilik Jiwa dan Alam Semesta ini. Soal waktu, impianmu menjadi hidupmu.

Kisah nyata serupa saya jumpai pada perjalanan hidup salah satu kolega di LKBN ANTARA, Akhmad Kusaeni. Teman-teman saya di kantor memanggilnya dengan sebutan sederhana, Oe (baca: O-E bukan U). Fisiknya tidak tinggi, namun impian masa kanak-kanaknya tinggi sekali, melintasi sekat ruang dan waktu. 

Oe juga tinggal di sebuah kampung di Lebak, Banten, jauh dari akses dan kemudahan yang banyak dimiliki anak-anak lain.  Oe pun terus memupuk impiannya, tekun mewujudkannya, terbuka terhadap pengetahuan baru dan rajin bersilaturahmi. Menurut sahabat Oe sewaktu ia masih kecil - Ujang Rahmansyah (salah seorang pejabat di Pemerintah Kota Tangerang) - sejak kecil, Oe banyak membaca buku milik temannya.

Ia pun tidak punya kemewahan untuk memiliki buku-buku cerita dan buku pengetahuan umum lainnya, namun Oe kecil punya teman pemilik kios buku dan koran di kota kecil tempatnya tinggal, kotanya Max Havelaar. Ujang lantas bertutur, Oe adalah anak yang punya impian keliling dunia sejak kecil dan visualisasinya melalui buku-buku yang ia baca. Oe juga sering mengunjungi Ibunya Ujang, seorang guru SD yang sederhana.

Impian Oe ini nyaris serupa dengan impian Saefudin. Impian keduanya lantas menjadi kenyataan, yang dimulai dari kekuatan pikiran atas impian-impian masa kecil. Oe berulang-ulang membaca karya Julius Verne dalam bukunya; "Around the World in 80 Days" yang menginspirasi impiannya.

Dalam karirnya, Oe pernah menjadi Kepala Biro Antara di New York, mengambil master di Philipina dan telah mengunjungi negara-negera di lima benua dalam tugas-tugas jurnalistiknya, hingga saat ini.

Ada kemiripan keduanya, punya prestasi akademik, sama-sama masuk UI meski pada tahun yang berbeda, sama-sama doyan berorganisasi dan senang bergaul. Semuanya diawali oleh sebuah kebiasaan sama pada masa kecil, gandrung buku yang mendorongnya untuk punya impian-impian besar. Dulu mereka adalah anak-anak desa yang tidak mudah mengakses buku pada masanya, but if there is a will; there is a way, bukan? Kisah dua anak ini boleh jadi menjadi kisah siapa saja.

Bagaimana dengan kita? anak-anak kita? 

Punya impian adalah langkah kecil yang bisa berdampak besar pada perjalanan hidup kita dan mereka, anak-anak kita. Meski, kadang-kadang impian anak-anak bisa berubah-ubah setiap saat. Biarkan saja. Namun, memiliki impian adalah langkah kecil pertama untuk hidup yang lebih besar, Insya Allah. Wallahu'alam.