Jumat, 23 Desember 2011

Kebahagiaan yang menular

"Kebahagiaan dapat menular pada orang-orang di sekelilingnya meski jaraknya cukup jauh, sekurangnya setengah mil (625 Kilometer)" 




 
Seorang Pemuda berangkat bekerja di pagi hari. 
dia memanggil sebuah taksi dan naik ke dalam taksi tersebut.

"Selamat pagi Pak," katanya menyapa sang supir taksi terlebih dahulu.
"Pagi yang cerah bukan?" sambungnya sambil tersenyum, lalu bersenandung kecil. 


Sang Supir tersenyum melihat keceriaan penumpangnya. Dengan senang hati, ia melajukan taksinya.
Sesampainya di tempat tujuan, pemuda itu membayar dengan selembar 20 ribuan, untuk argo yang hampir 15 ribu.
"kembaliannya buat bapak saja. selamat bekerja ya pak.." kata pemuda tersebut dengan senyum.
"Terima kasih..." jawab pak supir dengan penuh syukur.
"Wah, aku bisa sarapan dulu nih," pikir pak supir
Dia pun menuju sebuah warung, "Biasa, Pak?" tanya si mbok warung.
"Iya, biasa.. nasi sayur. tapi pagi ini tambahkan sepotong ayam ya mbok," jawab pak supir dengan tersenyum.
Sehabis makan, pak supir membayar nasi dengan menambahkan seribu rupiah dari harga total makanannya.
"Buat jajan anaknya si mbok ya," begitu katanya.

Dengan tambahan uang jajan seribu, pagi itu anak si mbok penjual warung berangkat sekolah dengan senyum lebar.
ia bisa membeli dua buah roti pagi ini. Satu dimakannya sendiri, dan satu roti lagi diberikannya pada temannya yang tidak punya bekal.

Begitulah, cerita terus berlanjut..

Pak supir taksi bisa lebih bahagia hari itu, begitu juga dengan keluarga si mbok, teman-teman anak si mbok, dan masih banyak lagi setelah mereka.
Hanya karena sebuah hal kecil di awal pagi hari, semua tertular kebahagiaan.

Kebahagiaan adalah sebuah pilihan.
Sudahkah kita menularkan kebahagiaan pagi ini?