Kamis, 05 Januari 2012

Permainan Pikiran

To the point  g pake pendahuluan, atau basa-basi intinya langsung di baca saja ya !!

Bagus buat nambah wawasan & Pengetahuan baru 

 

Terjebak Formalitas Bisnis

Seorang kawan diberi modal 50 juta oleh mertuanya untuk memulai sebuah usaha di bidang pendidikan. Apa yang ia lakukan?
Yang pertama sekali ia pikirkan adalah kantor. Segera ia mencari tempat untuk menyewa kantor. Ia cari tempat yang cukup strategis, enak, dan rada elit. Ia tak mampu ia menahan godaan, “Pokoknya kantor gue harus keren, elite”. Ludeslah sudah 30 juta untuk masa sewa 2 tahun.

“Ah masih ada cukup uang untuk beli alat-alat kantor,” pikirnya. Maka tanpa pikir panjang dia lengkapi kantornya dengan sofa, meja, lemari, laptop, dan barang-barang keperluan kantornya lainnya senilai 15 juta. Lalu dia rekrut 2 orang karyawan untuk mengelola kantor itu. Satu orang sekretaris yang cantik dan satu orang office boy. Sekarang uangnya tinggal 5 juta untuk modal kerja.

Tuliskan Impian-Impian Anda

Saya punya banyak impian. Sayangnya saya tidak bisa segera meraihnya dalam waktu sekejap. Karena itu saya sediakan sebagian dari waktu dan investasi saya untuk terus “membangun” impian saya di masa depan.

Saya perhatikan banyak orang yang “membuang” impiannya. Ia sudah menyerah sebelum mulai membangunnya. Mungkin karena ia merasa nggak akan mungkin bisa mewujudkannya. Karena itu ia campakkan dan kubur jauh-jauh impian-impiannya. Banyak orang sudah tak berani lagi. Bahkan hanya untuk bermimpi !

Apa salahnya kita bermimpi? Gratis kok. Saya bahkan mulai berani menuliskan keinginan-keinginan saya yang paling mustahil sekalipun. Kan cuma menuliskan saja. Nggak ada masalah kan?

Saya tulis, saya tulis dan semakin saya sering menuliskan impian-impian saya … tak terasa impian itu jadi hidup!

Kalau tadinya ia hanya sejumlah kata-kata .. yang cukup menggelikan, namun anehnya … kalimat-kalimat itu jadi “nempel” terus di benak saya. Hadir terus dalam setiap proses pengambilan keputusan saya. Membakar saya untuk terus melangkah menuju impian itu.

Sungguh luar biasa ya. Mungkin memang sering-sering menuliskan impian benar-benar bisa membangunkan “jin ifrid” dalam batok kepala kita. Ibarat jin dalam lampu wasiat aladin, ia bisa kita suruh melakukan apa saja.

Bukan Sukses Semu Yang Saya Inginkan

Dalam menghadapi masa-masa sulit, untunglah ada satu kebiasaan saya tidak hilang. Saya sering menghabiskan waktu saya membaca buku dan mengikuti seminar-seminar. Banyak sekali saya belajar hal-hal baru.Saya mulai belajar mengembangkan kepribadian saya. Saya belajar tentang sikap sukses. Saya belajar tentang arti sukses yang benar-benar sukses, bukan hanya sekedar sukses yang semu (pseudo success).

Saya mulai berkenalan dengan jalan pikiran orang-orang yang benar-benar mengalami sukses, dan sering menangisi hidup saya yang belum bisa seperti mereka. Beberapa buku Best Seller yang menghadirkan tokoh-tokoh sekaliber John C. Maxwell dan Robert Kiyosaki pun saya cari. Saya benar-benar terinspirasi oleh mereka.

Khususnya semenjak saya menikah, saya mendefinisikan ulang hidup saya. Sukses seperti apa yang ingin saya capai? Sukses secara materi?

Ah tidak, saya sudah tidak terlalu tertarik lagi dengan materi. Saya hanya ingin bahagia. Bahagia karena selalu dekat dengan istri dan anak-anak saya. Saya mulai memimpikan kehidupan yang bebas, suatu kehidupan yang benar-benar tidak terpenjara berbagai “perintah orang lain”. Saya lah yang memegang kontrol penuh terhadap kehidupan saya. Saya ingin menikmati hidup seperti itu.

Saya Ingin Lebih Banyak Di Rumah

Buat anda mana yang lebih penting: high profile low profit, atau low profile high profit? Maksudnya enakan mana, gaya keren tapi kanker alias kantong kering … atau nggak ada gaya sama sekali, tapi duit banyak, hidup pun lebih bebas?

Ini memang soal pilihan. Saya bisa memaklumi, sah-sah saja apapun pilihan Anda. Anda ingin bekerja di lantai 27 gedung paling canggih di dunia, monggo. Anda bekerja pakai dasi lengkap dengan jas, silakan. Tetapi buat saya, itu tidak lagi terlalu penting. Saya lebih senang hidup bebas, pakai baju santai, jalan dengan istri dan anak-anak kapanpun saya mau, dan nggak usah pakai sepatu. Entah mengapa saya malas sekali pakai sepatu. Ya saya lebih senang memilih low profile deh. Tapi kalau bisa high profit dong. Biarlah orang bilang saya nggak keren. Biarlah….

Mengapa? Saya sudah janji pada diri saya sendiri bahwa saya akan sering berada di rumah. Saya juga janji pada diri sendiri saya akan ikut membesarkan anak-anak saya. Saya merasa bahagia sekali bila setiap hari, dari pagi sampai malam saya selalu bisa bersama anak-anak. Saya tahu betul anak-anak saya hanya menginginkan kehadiran papa dan mamanya. Saya punya impian. Saya ingin jadi full time parents. Selalu disamping anak-anak saya, lebih-lebih karena masih sangat kecil-kecil. Masih balita.

Kalau hidup saya kayak gitu, seharian di rumah aja, lalu bagaimana dengan urusan dapur? Ya, memang ini masalah serius buat saya. Apalagi saya tak punya banyak keahlian. Saya nggak bekerja di perusahaan manapun. Saya pun tidak lagi berbisnis (dalam arti bisnis dengan format yang dikenal pada umumnya). Tapi untuk mendapatkan impian itu saya memang harus berani membayar harganya.

Peluang Itu Kadang Mengetuk Terlalu Perlahan

Peluang itu memang sering mengetuk pintu kita terlalu perlahan, hampir-hampir tak terdengar

Ketika pintu dibuka yang tampak adalah seorang wanita tua gembel sambil menyerahkan sebuah bungkusan hitam yang kotor bekas lumpur… Lalu kita menolaknya, memakinya, menutup pintu dan kembali meneruskan tidur dengan mimpi-mimpi yang menyeramkan. Padahal di dalam bungkusan hitam kotor itu, wanita tua itu mau menyerahkan emas intan berlian yang sangat mahal harganya. Tapi sayangnya kita tak tahu dan tak pernah tahu …. sampai kapanpun, sebab kita telah mengusirnya…!

Anda tentu tahu betapa hebatnya Ray Kroc, pramuniaga mesin milkshake yang melihat kios hamburger McDonald bersaudara dan kemudian mengubahnya menjadi bisnis paling hebat di dunia.

Jangan Terlalu Cepat Berhenti

Kesuksesan bukan sebuah kebetulan. Sukses pun bukan sebuah jalan yang sulit sebetulnya. Namun mengapa ada orang yang sukses, dan ada pula orang yang gagal. Dengan memahami hal ini, insyaAllah kita jauh lebih mudah menggapai puncak-puncak kesuksesan.

Ternyata ini hanya sebuah permainan pikiran. Apa yang ada dalam pikiran kita akan mengejawantah dalam berbagai sikap, perilaku dan kebiasaan kita. Saya bisa katakan penyakit pertama yang harus kita obati adalah pikiran kita. Istilah saya “kita perlu install ulang” otak kita sehingga kita benar-benar lahir baru kembali menjadi manusia berbeda, menjadi manusia yang jauh lebih baik lagi.

Intinya yang perlu kita pahami adalah, setiap kita sudah mengambil keputusan, kita harus tahu bahwa mulai hari itu pekerjaan kita adalah menyelesaikan masalah, mengatasi hambatan, dan melanjutkan perjalanan. Kalau ini kita sadari, jauh lebih enjoy dan tidak kaget. Begitulah memang sunnatullah-nya, track itu pasti harus kita lalui. You are on the right track. Anda berada dalam jalan normal (lazim).

Sebetulnya tidak ada orang yang betul-betul gagal, yang ada hanyalah orang yang terlalu cepat berhenti, sebelum sampai ke puncak harapan sukses yang ia cita-citakan. Sebagian besar kisah kegagalan adalah kisah orang-orang yang menyerah sebelum waktunya.

So Nasehat kata2 di ataslah yg betul-betul kita ingat dalam pikiran dan hati kita, maka bacalah berulang-ulang agar kamu bisa memahami betul.
 
Dalam permainan sepakbola, sekalipun pada babak pertama kita sudah kalah 6-0 dari lawan, apakah kita langsung memutuskan, “udahi sajalah, kita kalah, lalu berhenti main.”? Tidak! Selagi pluit panjang belum berbunyi, kita akan terus menggempur gawang lawan. 

Seakan-akan tidak peduli dengan yang sudah terjadi. Kalau kita amat sangat peduli dan terpengaruh dengan skor pertandingan setengah jalan, tentu saja semangat main kita langsung mati, dan akan sering bunuh diri. Perhatikanlah betapa banyak gol-gol legendaris justru muncul at the last minute, ya pada menit-menit terakhir. Keyakinan yang kuat itu betul-betul magic.

Ada satu kisah di sebuah lokasi pertambangan. Berdasarkan informasi akurat yang ia peroleh, Bill membeli sepetak tanah yang cukup luas yang diperkirakan dibawah tanah itu terdapat emas yang sangat banyak. 

Setelah mendirikan gubuk untuk tinggal mulailah ia menggali dibantu oleh sahabat dan keluarganya. Berbulan-bulan, setiap hari ia menggali. Namun belum juga ada tanda-tanda bahwa disana ada emas. Akhirnya ia putus asa dan menjual kembali tanah itu kepada salah seorang sahabatnya dengan harga sangat murah.

Sahabatnya itu melanjutkan penggalian. Beberapa hari kemudian, ia menemukan “pintu” kawasan emas yang luas sekali dengan potensi kandungan emas yang sangat luar biasa. Kekayaan datang padanya, hanya beberapa saat setelah Bill berhenti!

Sering kita juga menghadapi kisah yang sama. Sebagai penjual, kita sering berhenti tatkala udah 10 orang menolak proposal kita, menolak produk dan jasa kita. Lalu kita memutuskan bahwa memang ini tidak mungkin berhasil. Padahal kalau diteruskan pada orang berikutnya, justru berhasil tanpa kesulitan berarti.

Ya begitulah, penyakit sukses paling berbahaya adalah terlalu cepat berhenti, terlalu mudah menyerah. Jika saja ini berhasil kita atasi .. anda pasti sukses. Apapun yang anda lakukan.

Suatu ketika seorang kakek bertekad menyusuri teriknya panas gurun sahara, ingin menjumpai cucunya di seberang gurun yang luas itu. Dengan bekal seadanya ia terus berjalan. Saat letih ia berhenti, istirahat dan kemudian kembali melanjutkan perjalanannya. Ia tahu kemana ia akan pergi. Dan walaupun begitu lama waktu yang harus ia tempuh, toh akhirnya ia pasti sampai. 
Asalkan ia jalan terus. Jatuh, bangkit lagi. Jatuh lagi, ya bangkit lagi. Itulah Bisnis/Entrepreneur....