Pernyataan itu terungkap dalam tanya jawab dengan peserta pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh DPP PKS dan Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI), Rabu 27 September 2006 di Auditorium Pegadaian.
Awalnya, pengusaha agribisnis dan swalayan Kemchiks yang akrab disapa Oom Bob ini mengisahkan alasan kenapa dia memutar haluan dari profesional menjadi seorang entrepreneur. "Saya sebel dengan atasan saya", katannya. Setiap ingat dengan bossnya itu, dia stress. Makanya, tanpa pikir panjang, di tahun 1967 dia memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi entrepreneur.
Keputusannya itu harus dibayar mahal. Selama setahun dia menjadi supir taksi di Jakarta. Kemudian jadi kuli bangunan, karena taksinya tabrakan dan dia tidak punya uang untuk memperbaikinya. Jika dibandingkan dengan jabatannya dulu, ini jelas bumi dan langit. Dia sudah menikmati kursi empuk di perusahaan besar dan sempat melanglang buana di berbagai negara. Tapi itu dilaluinya dengan keyakinan bahwa, meskipun jadi supir taksi atau kuli bangunan, tetap lebih enak karena tidak ada tekanan dari siapa pun. Dia ingin menjadi orang bebas. "Selama setahun itu saya dan istri sering makan cuma dengan gado-gado dan telur", timpalnya.
Kepada peserta pelatihan dia berpesan bahwa sebagai entrepreneur anda harus jadi orang bebas. Tidak boleh ada apa pun yang menekan anda, meskipun itu istri atau suami anda. Pernyataan itu disambut dengan anggukan dan tawa dari sebagian besar peserta.
Bob Sadino, sosok sukses yang kerap membuat pernyataan nyeleneh itu selalu bikin peserta geleng-geleng kepala mendengarnya. Dia punya "logika terbalik" dalam berpikir. Contohnya:
- Tujuan berbisnis adalah mencari rugi, bukan untung
- Dia tidak pernah punya tujuan dan target
- Dia anti manajemen dan tidak peduli dengan manajemen
- Dia tidak suka bekerja keras dan tidak pernah bekerja keras
- Dan yang paling kontroversial adalah dia tidak pernah berdoa untuk masuk surga, malah dia ingin masuk neraka.
Tapi, Oom Bob berbicara begitu dengan alasannya sendiri dan kalau dipikir-pikir masuk akal juga. Misalnya, berbisnis adalah untuk mencari rugi. Dia mengambil contoh sebuah gelas yang setengah terisi air. Kepada peserta dia memberikan 3 pilihan:
1. Gelas itu setengah penuh
2. Gelas itu setengah kosong
3. Sama saja
Pendapat peserta terpecah ke tiga pilihan tersebut. Dan akhirnya disimpulkan bahwa pendapat yang mengatakan gelas itu setengah penuh atau setengah kosong adalah sama saja. Jadi, berbisnis mencari rugi tidak selalu berakhir dengan kerugian. Kadang-kadang rugi, kadang-kadang untung. Kalau kita mencari untung tidak akan selalu untung, pasti kadang-kadang rugi. Jadi sama saja. Iya juga ya...
Sepulang dari pelatihan itu saya banyak juga menemukan pencerahan atau AHA. Cara berpikir saya selama ini banyak yang perlu diubah. Salah satunya adalah pernyataan Oom Bob mengenai pesaing. Pesaing itu kita butuhkan. Bukannya dihindari. Pesaing itu ibarat vitamin, katanya. Jadi, kalau kita tidak minum vitamin, badan kita menjadi kurang sehat. Pengalamannya yang lebih dari 35 tahun tidak perlu diragukan lagi.
Saya senang dengan pernyataannya soal entrepeneur harus bebas dari tekanan dan menjadi orang bebas. Itu pun saya rasakan saat ini. Kemudian, soal anti bekerja keras. Maksudnya bukanlah menjadi orang malas. Baginya bekerja keras itu adalah mengerjakan pekerjaan yang tidak kita sukai. Kalau pekerjaan itu disukai, tidak menjadi masalah mau dilakukan dari pagi sampai malam. Asal kita senang. Kalau pekerjaan itu tidak disukai, biar pun hanya bekerja 5 menit saja, itu adalah bekerja keras.