Tampilkan postingan dengan label Entrepreneur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Entrepreneur. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 April 2010

Mau Jadi entrepreneur

"Untuk menjadi seorang entrepreneur, Anda tak perlu banyak teori. Baca saja buku yang satu ini. Sangat aplikatif dan inspiratif. Tulisannya pun renyah untuk dibaca." Itu adalah endorsment saya yang tercetak di buku "Rahasia Menjadi Entrepreneur Muda" karya Faif Yusuf.

Awalnya, saya bingung ketika ditodong untuk memberikan komentar atas buku ini. Apalagi, sudah banyak tokoh ternama yang "bersuara". Kemungkinan besar pendapat saya hanya berupa pengulangan bahkan mungkin peniruan.

Lagipula, ketika naskah ini disodorkan pada saya (saat itu masih berbentuk draft), sejujurnya saya belum membaca seluruh isinya. Ada kendala teknis yang sulit diungkapkan, yang menghalangi saya dalam membaca naskah ini.

Tapi selama ini saya sudah mengenal Pak Faif Yusuf sebagai seorang penulis yang sangat berbakat. Tulisan-tulisan dia sangat enak dibaca, inspiratif dan disukai oleh banyak orang. Bagi saya, itu sudah lebih dari cukup untuk memberikan komentar yang bagus terhadap buku ini.

Ya, memang tak perlu banyak teori untuk menjadi seorang entrepreneur. Bahkan sebenarnya, Anda tak perlu membaca buku ini, jika itu hanya membuat pikiran Anda makin terbebani oleh teori-teori yang tidak perlu. Seperti kata Bob Sadino, bacaan-bacaan itu adalah "sampah" yang mengotori pikiran Anda, membuat Anda selalu ragu dan tak pernah TAKE ACTION untuk mulai berusaha.

"Pengalaman adalah guru yang terbaik," demikian ujar sebuah kata bijak. Tapi sebenarnya ada guru yang jauh lebih baik, yakni pengalaman orang lain :)

Dalam konteks inilah, buku "Rahasia Menjadi Entrepreneur Muda" perlu Anda baca. Di dalamnya, Anda akan menemukan sosok-sosok entrepreneur muda yang BERANI terjun ke dunia bisnis tanpa banyak teori. Mereka langsung TAKE ACTION, dan pengalamanlah yang akhirnya menempa mereka.

Aan Ade Wirama misalnya. Ia memulai bisnis di bidang IT tanpa punya mobil, laptop, atau komputer. Padahal bagi orang-orang IT, benda-benda seperti ini termasuk "perangkat wajib". Tapi dia yakin bahwa dia akan berhasil, dan keyakinan itu akhirnya terbukti.

Simak pula pengalaman Ari Bayat yang terjun ke bisnis mainan edukatif untuk anak-anak. Awalnya, ia hanya menjadi penjual mainan door to door. Tapi pengalaman membuatnya sadar, ternyata animo masyarakat terhadap mainan jenis ini sangat besar. Maka, ia pun memproduksinya sendiri. Modal yang minim tidak masalah. Ia mengakalinya dengan memodifikasi mesin-mesin produksi sesuai kebutuhan.

"Dunia adalah milik orang-orang yang pemberani," demikian bunyi sebuah kata bijak. Jadi, bila ingin sukses, Anda harus berani, termasuk berani memulai bisnis. Buku ini berisi kisah-kisah inspiratif yang Insya Allah akan menjadi mesin penggerak bagi keberanian Anda.

* * *

Oke, tak ada gading yang tak retak. Satu-satunya kekurangan buku ini, menurut saya, adalah bahasanya yang terlalu standar. Tapi tak apalah. Saya tetap terinspirasi oleh kisah-kisah pada buku ini, kisah para pengusaha muda yang pemberani.

Sukses untuk Pak Faif atas buku ini, yang kabarnya menjadi best seller di berbagai toko buku ternama di Indonesia.

Kisah sukses Purdie Chandra

Pernyataan John F.Kennedy ini saya yakin kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika, tapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier bisnis saya.

Pada akhir 1981, saya merasa tidak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya kembali mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat-hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota , dan menjadi lembaga bimbingan terbesar di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan adalah itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses daripada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.

Maka, bila Anda seorang Entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan pula berharap orang disekitar Anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.

Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap pula semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda mendapat dukungan moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang meminjami uang sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang Entrepreneur yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.

Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Saya sendiri lebih suka menggunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.

Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka, setiap manusia akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.

Bagi seorang Entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian di balik itu). Mungkin saja kegagalan itu untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, takkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan apa yang dikatakan Richard Gere, Aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi siapapun.

Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, Kita harus yakin akan menemukan kesuksesan si penghujung kegagalan.

Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini seringkali menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh mitos yang muncul di masyarakat di sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu 'melankolis' dan suka memvonis diri sendiri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.

Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kita bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap akan menjadikan kita sebagai sosok Entrepereneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang Entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi, ukurlah berapa kali ia bangkit kembali.

Purdie Chandra.
Pemilik Primagama

Kaya Ide, Miskin Keberanian…

Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang peserta “Entrepreneur University” angkatan ketiga saat mengikuti kuliah perdana. “Saya begitu banyak ide bisnis, tapi nyatanya tak ada satu pun ide bisnis terealisir. Akibatnya, saya hanya sekedar kaya ide, tapi bisnis tak ada?” tanya peserta yang kebetulan ibu rumah tangga itu.

Saya kira, pertanyaan atau kejadian seperti itu tak hanya dialami oleh ibu tadi, tapi juga cukup banyak dialami oleh kita semua, bahkan yang namanya ide bisnis itu ada saja. Tapi, yah hanya sekadar ide bisnis, sementara bisnisnya nol atau tidak terwujud sama sekali. Terkadang ide yang tidak kita realisir justru sudah dicoba lebih dulu oleh orang lain. Dalam konteks ini, saya berpendapat, sebenarnya untuk membuat bisnis memang dibutuhkan ide. Hanya saja, karena kita hanya kaya ide, namun miskin keberanian untuk mencobanya, maka yang berkembang adalah idenya, sedang bisnisnya nol.

Menurut saya, miskinnya keberanian itu bermula ketika kita mendapat pendidikan di sekolah atau di bangku kuliah, yang kita dapat hanyalah teori semata. Jadi, kita terlalu banyak berteori, tapi miskin praktik. Akibatnya, ketika kita kaya ide, miskin keberanian. Artinya, kalau kita  hanya menguasai teori, namun kalau tidak bisa dipraktekkan, maka ide bisnis sehebat apa pun akan sulit menjadi kenyataan. Yah, seperti halnya kita belajar setir mobil. Kalau kita hanya teorinya, tapi tak pernah mencoba atau mempraktikkannya, tentu tetap tidak bisa setir mobil.
Jadi, saya kira, persoalannya terletak pada, bagaimana kita yang semula hanya kaya teori atau hanya sekadar bermain logika atau istilah lainnya hanya mengandalkan otak kiri, kemudian bisa berpikir atau bertindak dengan otak kanan. Saya yakin, jika kita mampu juga menggunakan otak kanan, maka seperti pada saat setir mobil. Serba otomatis, tidak lagi harus berpikir, semua sudah di bawah sadar kita.

Kalaupun, di saat kita praktik setir mobil atau mempraktikkan teori kita itu, terjadi berbagai kendala, seperti di saat kita memasukkan mobil ke garasi, mobil kita sedikit rusak karena nyenggol pagar misalnya, saya kira ngaak masalah. Begitu juga, ketika kita kecil belajar bersepeda, mengalami jatuh beberapa kali, itu sudah biasa. Tapi akhirnya, bisa juga kita naik sepeda. Artinya, kita baru bisa naik sepeda setelah pernah mengalami jatuh beberapa kali.

Di bisnis, saya kira itu juga sama. Kita harus ada keberanian untuk jatuh dan bangun. Sebaliknya, kalau kita tidak ada  keberanian seperti itu, bisnis sekecil apa pun tak akan ada. Dan, kalau kita biarkan ide bisnis itu, akibatnya kita hanya kaya ide bisnis, tapi miskin duitnya. Saya yakin, dengan keberanian itulah akan mendatangkan duit. Oleh karena itulah, menurut hemat saya, lebih baik kita berani mencoba dan gagal dari pada gagal mencoba. Anda berani mencoba?

Bob Sadino: "Saya Tidak Suka Bekerja dalam Tekanan, Makanya Saya Memilih Jadi Entrepreneur"

Pernyataan itu terungkap dalam tanya jawab dengan peserta pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh DPP PKS dan Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI), Rabu 27 September 2006 di Auditorium Pegadaian.


Awalnya, pengusaha agribisnis dan swalayan Kemchiks yang akrab disapa Oom Bob ini mengisahkan alasan kenapa dia memutar haluan dari profesional menjadi seorang entrepreneur. "Saya sebel dengan atasan saya", katannya. Setiap ingat dengan bossnya itu, dia stress. Makanya, tanpa pikir panjang, di tahun 1967 dia memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi entrepreneur.

Keputusannya itu harus dibayar mahal. Selama setahun dia menjadi supir taksi di Jakarta. Kemudian jadi kuli bangunan, karena taksinya tabrakan dan dia tidak punya uang untuk memperbaikinya. Jika dibandingkan dengan jabatannya dulu, ini jelas bumi dan langit. Dia sudah menikmati kursi empuk di perusahaan besar dan sempat melanglang buana di berbagai negara. Tapi itu dilaluinya dengan keyakinan bahwa, meskipun jadi supir taksi atau kuli bangunan, tetap lebih enak karena tidak ada tekanan dari siapa pun. Dia ingin menjadi orang bebas. "Selama setahun itu saya dan istri sering makan cuma dengan gado-gado dan telur", timpalnya.

Kepada peserta pelatihan dia berpesan bahwa sebagai entrepreneur anda harus jadi orang bebas. Tidak boleh ada apa pun yang menekan anda, meskipun itu istri atau suami anda. Pernyataan itu disambut dengan anggukan dan tawa dari sebagian besar peserta.

Bob Sadino, sosok sukses yang kerap membuat pernyataan nyeleneh itu selalu bikin peserta geleng-geleng kepala mendengarnya. Dia punya "logika terbalik" dalam berpikir. Contohnya:
- Tujuan berbisnis adalah mencari rugi, bukan untung
- Dia tidak pernah punya tujuan dan target
- Dia anti manajemen dan tidak peduli dengan manajemen
- Dia tidak suka bekerja keras dan tidak pernah bekerja keras
- Dan yang paling kontroversial adalah dia tidak pernah berdoa untuk masuk surga, malah dia ingin masuk neraka.

Tapi, Oom Bob berbicara begitu dengan alasannya sendiri dan kalau dipikir-pikir masuk akal juga. Misalnya, berbisnis adalah untuk mencari rugi. Dia mengambil contoh sebuah gelas yang setengah terisi air. Kepada peserta dia memberikan 3 pilihan:
1. Gelas itu setengah penuh
2. Gelas itu setengah kosong
3. Sama saja

Pendapat peserta terpecah ke tiga pilihan tersebut. Dan akhirnya disimpulkan bahwa pendapat yang mengatakan gelas itu setengah penuh atau setengah kosong adalah sama saja. Jadi, berbisnis mencari rugi tidak selalu berakhir dengan kerugian. Kadang-kadang rugi, kadang-kadang untung. Kalau kita mencari untung tidak akan selalu untung, pasti kadang-kadang rugi. Jadi sama saja. Iya juga ya...

Sepulang dari pelatihan itu saya banyak juga menemukan pencerahan atau AHA. Cara berpikir saya selama ini banyak yang perlu diubah. Salah satunya adalah pernyataan Oom Bob mengenai pesaing. Pesaing itu kita butuhkan. Bukannya dihindari. Pesaing itu ibarat vitamin, katanya. Jadi, kalau kita tidak minum vitamin, badan kita menjadi kurang sehat. Pengalamannya yang lebih dari 35 tahun tidak perlu diragukan lagi.

Saya senang dengan pernyataannya soal entrepeneur harus bebas dari tekanan dan menjadi orang bebas. Itu pun saya rasakan saat ini. Kemudian, soal anti bekerja keras. Maksudnya bukanlah menjadi orang malas. Baginya bekerja keras itu adalah mengerjakan pekerjaan yang tidak kita sukai. Kalau pekerjaan itu disukai, tidak menjadi masalah mau dilakukan dari pagi sampai malam. Asal kita senang. Kalau pekerjaan itu tidak disukai, biar pun hanya bekerja 5 menit saja, itu adalah bekerja keras.