Hidup itu harus berprinsip.
Karena prinsip adalah harga diri kita, karakter kita, dan wujud dari kepribadian kita.
Prinsip tidak mengenal demokrasi.
Prinsip itu mutlak untuk dijalankan, selama prinsip yang kita yakini itu benar.
Fleksibilitas hidup juga sangat diperlukan dalam menyeimbangkan keseimbangan hidup.
Fleksibel dari menerima segala perubahan, kenyataan, dan tuntutan hidup secara selektif dan benar.
Bagaimana jika kedua-duanya dipertemukan menjadi satu ?
Sulit untuk membayangkan.
Karena yang kita lihat hanya perbenturan dari dua buah makna yang sangat kuat perbedaannya.
Prinsip menggambarkan pedoman yang mencerminkan batasan-batasan hidup, aturan-aturan hidup, dan kiat-kiat dalam menjalani hidup yang telah kita patenkan kebenarannya, yang telah kita ciptakan sendiri secara sepihak dan kita yakini untuk mampu membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik.
Sementara fleksibilitas hidup, adalah reaksi atau respon atas segala sesuatu yang mampu mempengaruhi hidup kita.
Bagaimana kita menyikapinya ?
Sebuah dilema besar.
Dilema yang sangat sulit untuk dicari kebenarannya.
Kembali pada hati nurani sanubari kita.
Prinsip memang perlu, tapi sekiranya prinsip itu bertentangan dengan akal sehat dan hati sanubari kita, maka menerapkan fleksibilitas hidup dalam melengkapinya adalah pilihan yang tepat.
Karena, fleksibilitas hidup itu bukanlah sebuah pengingkaran prinsip, melainkan sebuah tindakan yang mampu menyelamatkan prinsip kita itu dari kekeliruan, kebodohan, kesalahan, dan kehancuran.
Tapi yang perlu diingat adalah, tidak semua prinsip hidup kita itu mampu ditafsirkan dan digantikan hanya dengan sebuah fleksibilitas hidup.