Saya menulis ini karena inspirasi dari banyak perdebatan di forum tetangga sehubungan dengan kabar mbah marijan meninggal dunia itu , yaitu mereka menyoroti perilaku ritual mbah maridjan dan masyarakat sana umumnya yang suka memberikan sesaji/sajen kepada gunung, pohon, laut..bahwa sebagian orang fanatik mengatakan itu adalah perilaku musyirik dalam pandangan Agama Islam, dan saya jawab belum tentu, bahwa kita tidak bisa menjustifikasi atau mengukur kadar keimanan seseorang , bisa-bisa malah menjadi fitnah atau suudzon..
Musyrik dan Syirik Secara Terminologi
Definisi "Musyrik" semua tahu secara simple adalah menyekutukan Allah Swt dengan apapun , atau antitesa dari Tauhid. Implementasi sehari-harinya , apapun perbuatan/amalan yang dilakukan bukan untuk memperoleh keridhaan Allah swt adalah syirik . Syirik adalah sebutan untuk dosanya, dan musyirk adalah sebutan untuk pelakunya . Dalam konteks ini artinya, dalam skala makro keimanan hanya ada 2 jenis orang, yaitu orang yang bertauhid atau yang musyirik , begitu juga dalam pengamalan sehari-harinya, hanya ada 2 jenis amal perbuatan, yaitu perbuatan yang ikhlas untuk memperoleh keridhaan Allah dan perbuatan yang syirik.
“Sesuai yang amat aku takuti yang akan menimpa kamu adalah Syirik kecil. Nabi ditanya tentang hal ini, mka beliau menjawab ialah riya”. (HR. Ahmad) [Riya, yaitu beramal bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji dan dilihat orang]
Ilustrasi:
1- Apakah perbuatan memberikan sesaji kepada gunung dan pohon-pohon adalah syirik?
2- Apakah memberikan sepiring pisang goreng kepada tetangga adalah syirik?
Jawaban dari kedua pertanyaan diatas, bisa iya bisa tidak , tergantung niat pelakunya, dan juri mutlaknya hanya Allah yang tahu . Jika ada orang asal tuduh bahwa orang lain melakukan perbuatan syirik, namanya suudzon, fitnah, asal jeplak (tm) dan sejenisnya..
Garis Pembatas Tauhid dan Kemusyrikan
- Apakah garis pembatas antara tauhid dan kemusyrikan, termasuk bentuknya yang teoretis dan praktis?
- Mana pandangan yang tauhid dan mana pandangan yang musyrik?
- Perbuatan seperti apa yang dapat disebut Tauhid praktis, dan yang dapat disebut kemusyrikan praktis?
- Apakah musyrik kalau mempercayai eksistensi apa pun selain Allah?
- Apakah Tauhid Zat-Nya menuntut kita untuk tidak mempercayai eksistensi sesuatu dalam bentuk apa pun di samping Dia, yang bahkan bukan ciptaan-Nya (semacam monoisme ontologis).
Sebelum menjawab pertanyaan diatas, maka statemen diawali dulu dengan pertanyaan "Apakah anda sungguh-sungguh beriman?"
Jika anda mengaku beriman maka konsekuensi logisnya harus mengakui bahwa segala ciptaan adalah pekerjaan Allah. Dan lanjutkan membaca...
Segala ciptaan adalah pekerjaan Allah Tidak dapat dipandang sebagai tandingan-Nya. Ciptaan Allah merupakan manifestasi kemahakuasaan-Nya. Mempercayai eksistensi suatu ciptaan sebagai sesuatu yang diciptakan oleh Allah, tidak bertentangan dengan tauhid. Akan tetapi justru melengkapi tauhid. Karena itu, garis pembatas antara tauhid dan kemusyrikan bukanlah ada atau tidak adanya sesuatu selain Allah.
Apakah mempercayai sebab-akibat segala ciptaan sama dengan kemusyrikan atau pluralitas pencipta?
Apakah mempercayai tauhid perbuatan Allah berarti kita juga menolak sistem sebab-akibat, dan berarti kita juga menganggap bahwa setiap akibat tentu penyebabnya adalah Allah langsung?
Sebagai contoh, apakah kita percaya bahwa api sama sekali tak punya peran dalam pembakaran, air sama sekali tak punya peran dalam menghilangkan dahaga, hujan sama sekali tak punya peran dalam menumbuhkan tanaman, dan obat sama sekali tak punya peran dalam penyembuhan, dan bahwa Allah langsung yang membakar, langsung yang menghilangkan dahaga, langsung yang menumbuhkan tanaman, dan langsung yang menyembuhkan penyakit? .
Jika seseorang biasa memakai topi di kepalanya bila dia mau menulis surat, maka tidak dapat dikatakan bahwa ada atau tak adanya topi mengakibatkan dia menulis surat. Yang jelas adalah bahwa dia tak suka menulis surat tanpa mengenakan topi di kepalanya. Menurut pandangan ini, seperti itulah karakter dan ada dan tidak adanya segala sesuatu yang disebut sebab dan faktor. Kalau kita mempercayai sebaliknya, berarti kita menganggap bahwa Allah ada sekutu-Nya dalam berbuat. Itulah pandangan kaum Asya'irah dan kaum Jabariah.
Jadi jelas bahwa mempercayai eksistensi sesuatu ciptaan tidaklah sama dengan mempercayai pluralitas Zat Tuhan, tetapi justru melengkapi kepercayaan akan keesaan Allah, maka mempercayai sistem sebab-akibat tidaklah sama dengan mempercayai pluralitas pencipta. Karena eksistensi segala ciptaan itu bukan dengan sendirinya, maka efektivitas mereka juga bergantung. Karena eksistensi dan efektivitas segala yang ada bergantung pada Allah, maka tak ada soal pluralitas pencipta.
Mempercayai sistem sebab-akibat sesungguhnya melengkapi kepercayaan akan kepenciptaan Allah. Tentu saja sama dengan kemusyrikan kalau kita percaya bahwa segala ciptaan ada sendiri, atau percaya bahwa hubungan antara Allah dan alam semesta adalah hubungan pabrikan dan produk. Mobil pada mulanya membutuhkan pabrikan agar mobil itu ada, namun setelah ada mobil itu berjalan sesuai dengan mekanismenya sendiri. Meskipun pabrikannya mati, mobil itu tetap dapat jalan. Kalau kita beranggapan bahwa hubungan faktor alamiah, seperti air, hujan, energi, panas, bumi, tumbuhan dan manusia dengan Allah seperti itu, seperti terkadang cenderung jadi pandangan kaum Mu'tazilah, maka pandangan seperti itu tentu saja membawa ke kemusyrikan.
Musyrik dan Syirik Secara Terminologi
Definisi "Musyrik" semua tahu secara simple adalah menyekutukan Allah Swt dengan apapun , atau antitesa dari Tauhid. Implementasi sehari-harinya , apapun perbuatan/amalan yang dilakukan bukan untuk memperoleh keridhaan Allah swt adalah syirik . Syirik adalah sebutan untuk dosanya, dan musyirk adalah sebutan untuk pelakunya . Dalam konteks ini artinya, dalam skala makro keimanan hanya ada 2 jenis orang, yaitu orang yang bertauhid atau yang musyirik , begitu juga dalam pengamalan sehari-harinya, hanya ada 2 jenis amal perbuatan, yaitu perbuatan yang ikhlas untuk memperoleh keridhaan Allah dan perbuatan yang syirik.
“Sesuai yang amat aku takuti yang akan menimpa kamu adalah Syirik kecil. Nabi ditanya tentang hal ini, mka beliau menjawab ialah riya”. (HR. Ahmad) [Riya, yaitu beramal bukan karena Allah, tapi karena ingin dipuji dan dilihat orang]
Ilustrasi:
1- Apakah perbuatan memberikan sesaji kepada gunung dan pohon-pohon adalah syirik?
2- Apakah memberikan sepiring pisang goreng kepada tetangga adalah syirik?
Jawaban dari kedua pertanyaan diatas, bisa iya bisa tidak , tergantung niat pelakunya, dan juri mutlaknya hanya Allah yang tahu . Jika ada orang asal tuduh bahwa orang lain melakukan perbuatan syirik, namanya suudzon, fitnah, asal jeplak (tm) dan sejenisnya..
Garis Pembatas Tauhid dan Kemusyrikan
- Apakah garis pembatas antara tauhid dan kemusyrikan, termasuk bentuknya yang teoretis dan praktis?
- Mana pandangan yang tauhid dan mana pandangan yang musyrik?
- Perbuatan seperti apa yang dapat disebut Tauhid praktis, dan yang dapat disebut kemusyrikan praktis?
- Apakah musyrik kalau mempercayai eksistensi apa pun selain Allah?
- Apakah Tauhid Zat-Nya menuntut kita untuk tidak mempercayai eksistensi sesuatu dalam bentuk apa pun di samping Dia, yang bahkan bukan ciptaan-Nya (semacam monoisme ontologis).
Sebelum menjawab pertanyaan diatas, maka statemen diawali dulu dengan pertanyaan "Apakah anda sungguh-sungguh beriman?"
Jika anda mengaku beriman maka konsekuensi logisnya harus mengakui bahwa segala ciptaan adalah pekerjaan Allah. Dan lanjutkan membaca...
Segala ciptaan adalah pekerjaan Allah Tidak dapat dipandang sebagai tandingan-Nya. Ciptaan Allah merupakan manifestasi kemahakuasaan-Nya. Mempercayai eksistensi suatu ciptaan sebagai sesuatu yang diciptakan oleh Allah, tidak bertentangan dengan tauhid. Akan tetapi justru melengkapi tauhid. Karena itu, garis pembatas antara tauhid dan kemusyrikan bukanlah ada atau tidak adanya sesuatu selain Allah.
Apakah mempercayai sebab-akibat segala ciptaan sama dengan kemusyrikan atau pluralitas pencipta?
Apakah mempercayai tauhid perbuatan Allah berarti kita juga menolak sistem sebab-akibat, dan berarti kita juga menganggap bahwa setiap akibat tentu penyebabnya adalah Allah langsung?
Sebagai contoh, apakah kita percaya bahwa api sama sekali tak punya peran dalam pembakaran, air sama sekali tak punya peran dalam menghilangkan dahaga, hujan sama sekali tak punya peran dalam menumbuhkan tanaman, dan obat sama sekali tak punya peran dalam penyembuhan, dan bahwa Allah langsung yang membakar, langsung yang menghilangkan dahaga, langsung yang menumbuhkan tanaman, dan langsung yang menyembuhkan penyakit? .
Jika seseorang biasa memakai topi di kepalanya bila dia mau menulis surat, maka tidak dapat dikatakan bahwa ada atau tak adanya topi mengakibatkan dia menulis surat. Yang jelas adalah bahwa dia tak suka menulis surat tanpa mengenakan topi di kepalanya. Menurut pandangan ini, seperti itulah karakter dan ada dan tidak adanya segala sesuatu yang disebut sebab dan faktor. Kalau kita mempercayai sebaliknya, berarti kita menganggap bahwa Allah ada sekutu-Nya dalam berbuat. Itulah pandangan kaum Asya'irah dan kaum Jabariah.
Jadi jelas bahwa mempercayai eksistensi sesuatu ciptaan tidaklah sama dengan mempercayai pluralitas Zat Tuhan, tetapi justru melengkapi kepercayaan akan keesaan Allah, maka mempercayai sistem sebab-akibat tidaklah sama dengan mempercayai pluralitas pencipta. Karena eksistensi segala ciptaan itu bukan dengan sendirinya, maka efektivitas mereka juga bergantung. Karena eksistensi dan efektivitas segala yang ada bergantung pada Allah, maka tak ada soal pluralitas pencipta.
Mempercayai sistem sebab-akibat sesungguhnya melengkapi kepercayaan akan kepenciptaan Allah. Tentu saja sama dengan kemusyrikan kalau kita percaya bahwa segala ciptaan ada sendiri, atau percaya bahwa hubungan antara Allah dan alam semesta adalah hubungan pabrikan dan produk. Mobil pada mulanya membutuhkan pabrikan agar mobil itu ada, namun setelah ada mobil itu berjalan sesuai dengan mekanismenya sendiri. Meskipun pabrikannya mati, mobil itu tetap dapat jalan. Kalau kita beranggapan bahwa hubungan faktor alamiah, seperti air, hujan, energi, panas, bumi, tumbuhan dan manusia dengan Allah seperti itu, seperti terkadang cenderung jadi pandangan kaum Mu'tazilah, maka pandangan seperti itu tentu saja membawa ke kemusyrikan.
referensi : http://www.al-shia.org