Semua orang pasti mengenal batu permata dan debu. Batu permata begitu berharga, sedangkan debu tidak sama sekali. Postingan ini tidak akan membahas mengenai seperti apa itu batu permata dan seperti apa itu debu. Akan tetapi, postingan ini akan menggunakan keduanya sebagai analogi (perumpamaan) yang menggambarkan keadaan hidup manusia seperti kita sekarang ini.
Kita sebagai manusia hidup dalam keterbatasan. Dengan keterbatasan tersebut, kini dituntut untuk tetap berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan dan kita inginkan. Semua manusia itu sama, baik usahanya maupun yang lainnya. Akan tetapi, apa sih yang membedakan di antara kita? Yup, karakter kita masing-masing lah yang membentuk sikap kita ini seperti apa. Sikap lah yang kemudian menjadi acuan apakah orang ini bisa dikatakan sebagai orang yang baik atau sebaliknya.
Sikap yang baik ditandai dengan banyak menolong, baik hati, ramah, tidak sombong, berperilaku adil, bijaksana, dan menampakan kebaikan-kebaikan umum lainnya. Bagaimana dengan sikap kita yang buruk? Iya, sebaliknya dari sikap baik itu lah kita bisa dikatakan memiliki sikap yang buruk.
Kedua sikap ini ternyata memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan kita di masyarakat. Kita yang memiliki sikap yang baik ibarat batu permata di tengah gundukan batu kerikil. Kita akan mulia. Kita akan dihargai. Kita akan memiliki kedudukan yang tinggi. Kedudukan apa? Bukankah kedudukan manusia di mata tuhan itu sama? Iya benar, tapi ruang lingkup semua ini adalah horizontal, berkaitan dengan sosial kemanusiaan. Bagaimana dengan kita yang memiliki sikap yang buruk? Sudah pasti! Kedudukan social kita akan rendah. Tidak dibutuhkan, bahkan diacuhkan masyarakat.
Seseorang yang bersikap baik akan selalu dicari oleh masyarakat. Kebaikannya seperti keindahan batu permata. Seseorang akan merasa terhormat bila berada di dekat orang yang baik, ibarat ia sedang menggunakan perhiasan batu permata bukan? Orang ini akan diharapkan kedatangannya, dan dirindukan saat kepergiaanya. Bagaimana dengan orang yang bersikap buruk? Jelas, kebalikan dari semua ini! Orang-orang begitu enggan untuk berada di dekatnya. Tidak ada orang yang mau mendekatinya. Ia layaknya sampah masyarakat! Ke mana pun ia mendekat, selalu membawa resah dan masalah. Ibarat debu, ke mana pun debu itu hinggap pasti akan menjadikan kotor bukan?
Jika memang dalam kehidupannya yang sekarang orang baik itu belum terkenal, pada kehidupan generasi selanjutnya namanya pasti akan dikenang sebagai seorang yang mulia. Ibarat batu permata, ia terkubur dalam tanah. Tidak ada orang yang tahu dan susah untuk ditemukan. Akan tetapi, saat ia ditemukan maka akan menjadi sebuah barang yang sangat berharga nilainya. Bagaimana dengan orang yang bersikap buruk? Jika orang ini dikenal pada zaman hidupnya, maka digenerasi mendatang pasti dia akan dikanal sebagai biangnya masalah. Bukankah debu itu jika lama kelamaan menempel dan sudah membekas banyak akan membuat yang ditempeli itu terkena masalah (menjadi kotor)?
Karena itu, betapa pentingnya bagi kita untuk bisa menjadi orang yang baik. Menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamanya. Bagaimana caranya? Mulai lah untuk membuka pintu hati dan pintu pikiran kita. Yakin lah jika setiap manusia itu memiliki sikap dasar sebagai orang yang baik! Hanya saja mungkin karena berbagai faktor dari luar yang sudah membuat diri kita menjadi orang yang buruk. Jika keburukan kita sudah parah, maka cepat-cepat bertobat lah! Ibarat debu yang menempel pada batu permata, tobat itu akan membersihkan diri kita dari segala keburukan dan dosa yang kita terima. Ibarat air hujan yang menetes dan melunturkan debu yang menempel pada batu permata. Indah bukan?
Karena itu, mari lah kita menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat. Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Menjadi orang biasa tanpa sering melakukan dosa itu sudah cukup baik. Akan tetapi, akan menjadi sangat baik jika kita menjadi orang yang memiliki sikap yang benar-benar baik!
Mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan!